REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Pejabat Fungsional Diplomat Madya Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Rizal R.R Wirakara memaparkan kekuatan moderasi beragama dalam diplomasi ekonomi syariah, gastrodiplomasi dan branding Indonesia kepada mahasiswa Universitas Jember, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
"Moderasi beragama sebagai upaya untuk mempromosikan prinsip-prinsip toleransi dan harmoni agama," katanya dalam kuliah umum yang digelar Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (Himahi) FISIP Universitas Jember di aula fakultas setempat.
Menurutnya moderasi beragama juga dapat menjaga keseimbangan antara kebebasan beragama dan stabilitas sosial, kemudian melibatkan beragam latar belakang pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, media, pemuda, tokoh agama, dan organisasi.
"Moderasi beragama sebagai pondasi diplomasi dan pondasi untuk hubungan harmonis di tingkat global," tuturnya.
Tantangan dalam mempromosikan moderasi beragama dan ekonomi syariah yakni resistensi terhadap nilai-nilai syariah dan persaingan di pasar ekonomi syariah global, sehingga yang harus dilakukan adalah mengatasi hambatan dan persepsi negatif dan menyusun strategi untuk bersaing efektif.
Sementara Dosen HI Unej Honest Dody Molasy mengatakan bahwa hampir separuh konflik yang terjadi di dunia adalah persoalan agama, keyakinan, dan etnis seperti konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, kemudian Palestina dan Israel.
"Indonesia memiliki kelebihan dibandingkan dengan negara-negara lain karena dengan ribuan suku, perbedaan bahasa, agama yang berbeda dan banyaknya pulau tetap menyatukan bangsa Indonesia dalam NKRI," ujarnya.
Menurutnya diplomasi untuk menyelesaikan konflik tidak hanya dilakukan oleh negara atau pemerintah, namun diplomasi bisa dilakukan oleh aktor non-negara, misalnya, tokoh-tokoh agama dan santri yang memiliki kekuatan moderasi beragama.
Dalam kegiatan tersebut juga menginisiasi terbentuknya pusat studi diplomasi di Universitas Jember bekerja sama dengan pihak Kementerian Luar Negeri.
Beberapa mahasiswa HI juga melakukan praktik diplomasi Indonesia-Austria untuk belajar bagaimana melakukan diplomasi dengan negara lain dalam menyelesaikan sebuah konflik.