REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Kelompok Hamas membantah adanya kesepakatan pertukaran tahanan atau sandera dengan Israel. Sebelumnya beredar kabar bahwa Hamas telah menyepakati pertukaran tersebut dengan imbalan gencatan senjata di Jalur Gaza dan pembebasan sejumlah warga Palestina dari penjara Israel.
“Tidak benar laporan beberapa media, mengutip beberapa sumber di Hamas, mengenai kesepakatan pertukaran (tahanan) yang dimulai hari ini,” kata anggota Biro Politik Hamas, Izzat Al-Rishq, Senin (20/11/2023), dikutip laman Middle East Monitor.
Bantahan tentang kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas juga disampaikan seorang pejabat senior Israel. “Belum ada apa-apa,” ungkap pejabat Israel tersebut kepada The Jerusalem Post saat ditanya tentang pembebasan warga Israel yang disandera Hamas dengan imbalan gencatan di Gaza.
Sebelumnya beredar kabar bahwa Hamas telah menyarankan kepada Israel untuk menerapkan gencatan senjata, memberi akses bagi masuknya bantuan pangan dan bahan bakar ke Gaza, dan pembebasan sejumlah warga Palestina dari penjara-penjara Israel. Sebagai imbalannya, Hamas bakal membebaskan beberapa sandera.
Ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023, Hamas menculik sejumlah warga Israel dan warga asing, kemudian membawa mereka ke Gaza. Menurut Israel, terdapat 239 warganya yang ditahan oleh Hamas di Gaza, termasuk tentara.
Saat ini pertempuran antara Hamas dan tentara Israel masih berlangsung di wilayah utara Gaza. Namun militer Israel mengisyaratkan, mereka siap melanjutkan pertempuran hingga ke wilayah selatan Gaza. Sebelumnya Israel diketahui telah memerintahkan penduduk sipil di Gaza utara untuk mengungsi ke selatan agar tak terimbas pertempuran.
“Tahap selanjutnya dari pertempuran ini adalah menyelesaikan apa yang tersisa dari Hamas di Gaza utara, dan ini bukanlah hal yang mudah, dan tidak boleh terlihat seolah-olah kita akan mengesampingkannya. Masih ada pertempuran besar yang sedang berlangsung di Gaza utara. Tapi mudah-mudahan hal itu akan selesai lebih cepat dan, mudah-mudahan, tanpa korban tambahan dari pihak Israel,” ungkap Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Jonathan Conricu dalam sebuah wawancara dengan organisasi Israel, StandWithUs, dikutip Al Arabiya, Senin.
“Setelah hal ini (pertempuran di Gaza utara) selesai, tentu saja kita harus melanjutkan ke tahap pertempuran berikutnya karena tujuan keseluruhannya adalah untuk membongkar seluruh infrastruktur Hamas. Kami tidak pernah membatasi diri pada wilayah geografis mana pun, kami hanya mengatakan bahwa kami akan berperang terlebih dahulu di bagian utara Gaza,” tambah Conricus.
Dia menegaskan, tujuan keseluruhan dari perang Israel di Gaza masih tetap sama, yakni menghancurkan seluruh infrastruktur militer Hamas, termasuk membunuh para pemimpin kelompok tersebut. “Saya tidak akan terlalu terburu-buru, saya tidak akan mengatakan kapan, di mana, dan apa yang akan kami lakukan, tapi tujuan dari operasi ini tetap sama. IDF sangat fokus untuk menyelesaikan hal itu. Kepala Staf Letnan Jenderal (Herzl) Halevi hari ini menyetujui rencana untuk tahap operasi selanjutnya. IDF siap, mampu dan bersemangat untuk terus melaksanakan misi kami,” ucap Conricus.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sejauh ini lebih dari 12.200 warga di Gaza telah terbunuh akibat agresi Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023. Korban meninggal termasuk sekitar 5.000 anak-anak, 3.250 perempuan, dan 690 lansia. Sementara korban luka sudah hampir menyentuh 30 ribu orang.