Senin 20 Nov 2023 18:44 WIB

Menteri ESDM Minta Klausul Power Wheeling Masuk dalam RUU EBT

Arifin mengatakan klausul ini untuk mempercepat kapasitas terpasang EBT.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Foto: Dok ESDM
Menteri ESDM Arifin Tasrif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengusulkan untuk memasukkan kembali klausul kerja sama jaringan atau power wheeling dalam RUU Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Arifin mengatakan klausul ini untuk mempercepat kapasitas terpasang EBT dan juga memberikan akses listrik ke wilayah pelosok.

Arifin mengatakan, nantinya, skema power wheeling ini menekankan kewajiban kepada pemegang wilayah usaha pembangkit untuk bisa memastikan memenuhi kebutuhan listrik konsumen. Khususnya, dalam sumber listrik EBT.

Baca Juga

"Secara umum rumusan ketentuan kerja sama jaringan atau open access mengatur mengenai keharusan pemegang wilayah usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen atas listrik yang bersumber dari energi baru dan energi terbarukan," kata Arifin dalam RDP Komisi VII DPR, Senin (20/11/2023).

Nantinya, kata Arifin, jika pemegang izin wilayah usaha tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan listrik masyarakat, maka diberikan peluang kerja sama pemanfaatan pembangkit ataupun jaringan listrik dengan skema jual beli listrik ke pemegang wilayah usaha lainnya. 

"Nantinya, khusus untuk jaringan EBT ini akan dikenakan biaya yang diatur oleh pemerintah. Kami tetap mensyaratkan tarif yang memperhatikan keandalan sistem dan juga keekonomian sehingga distribusi listrik berjalan baik," kata Arifin.

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional Djoko Siswanto menilai, skema power wheeling ini nantinya bukan sebagai suatu yang mutlak. Ia menilai masih membuka peluang bisa diterapkan jika memang saling menguntungkan. 

"Ya selama masih saling menguntungkan ya masih bisa digunakan. Jadi ada swasta membangun kan boleh juga, jika memang belum ada jaringan kan bisa dimanfaatkan dan PLN dapat toll fee-nya juga," kata Djoko.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement