Senin 20 Nov 2023 22:57 WIB

Amalan yang Dapat Memasukan ke Surga Tapi Sedikit

Rasulullah pernah memberikan nasihat soal marah.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Ibadah. Ilustrasi
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Ibadah. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dikisahkan bahwa Abu Darda berkata, "Aku pernah bertanya, 'Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga, namun jangan banyak-banyak.'" Nabi Muhammad SAW menjawab, "Jangan marah."

Wasiat ini datang dari Nabi Muhammad SAW dengan riwayat yang bermacam-macam. Imam Al Bukhari telah meriwayatkan di dalam haditsnya, dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW pernah dimintai nasihat oleh seorang laki-laki.

Baca Juga

Laki-laki itu berkata kepada Rasulullah SAW, "Nasihatilah aku." Rasulullah SAW menjawab, “Jangan marah!"

Di dalam satu riwayat disebutkan, bahwa si penanya mengulang-ulang terus permintaannya kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW juga mengulang-ulang dan meyakinkan jawaban dengan sabda beliau, "Jangan marah."

Wasiat ini bukan hanya untuk Abu Hurairah. Itu adalah wasiat untuk setiap orang yang menisbatkan dirinya sebagai umat Nabi Muhammad SAW. 

Nabi Muhammad SAW adalah seorang dokter yang memahami betul suatu penyakit dan menerangkan obatnya. Dulu, banyak sahabat yang senantiasa mendatangi Rasulullah SAW untuk meminta nasihat. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Bertakwalah kepada Allah."

Sahabat yang lain juga mendatangi Nabi Muhammad SAW dan berkata, "Nasihatilah aku wahai Rasulullah." Maka Rasulullah SAW bersabda, "Berbaktilah kepada ibumu." 

Sahabat yang lain juga mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, "Nasihatilah aku wahai Rasulullah." Maka Rasulullah SAW bersabda, "Pergilah berjihad."

Kepada setiap orang, Nabi Muhammad SAW selalu bisa menerangkan obat dari penyakitnya. Sebab Rasulullah SAW mengetahui unsur utama manusia serta dapat mendiagnosis sebuah penyakit dan menerangkan obatnya kepadanya. 

Semua itu merupakan wasiat bijaksana yang bersumber dari hati yang muncul di dalamnya kata-kata hikmah serta dari lisan yang mendatangkan kefasihan dan penjelasan. Semua itu merupakan wasiat fasih yang darinya bisa diambil segala kandungan makna, melembutkan hati, serta meluruskan dan mendidik akhlak manusia.

Sikap marah keberadaannya tidak boleh dilakukan karena suatu urusan-urusan yang remeh atau sepele. Akan tetapi, ia hanya boleh dilakukan karena Allah semata. Marah di jalan Allah, marah jika kehormatan Allah dinodai, serta marah untuk menjaga syariat Allah dan menolong agama Allah.

Jika kehinaan amarah dan syahwat balas dendam bisa menyebabkan keluarnya (seseorang) dari nilai-nilai Islam serta prinsip-prinsip, keutamaan-keutamaan, dan akhlak Islam yang mulia. Maka Allah telah berfirman menjelaskan (kewajiban) menjauh dari amarah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh. (QS Al A‘raf Ayat 199).

Seorang Muslim yang ingat bahwa Allah Maha Perkasa dan mempunyai balasan (siksa) serta kekuasaan-Nya melebihi segala kekuasaan apapun, tentu ia tidak akan berpikir untuk marah. 

Diriwayatkan, ada seorang laki-laki yang melakukan suatu perbuatan dosa atau suatu kesalahan. Lalu, sahabatnya membawa dirinya kepada Ibnu Zubair. Maka, Ibnu Zubair meminta cemeti dan tongkat untuk memukulnya sebagai hukuman. 

Laki-laki itu berkata kepada Ibnu Zubair, “Saya meminta kepadamu dengan Dzat yang ketika berada di hadapan-Nya kelak pada hari kiamat kamu lebih hina daripada diriku saat berada di hadapan-Nya, agar kamu memaafkan aku." 

Maka, Ibnu Zubair turun dari singgasananya dan menempelkan pipinya di atas tanah seraya berkata kepada laki-laki tersebut, "Sungguh aku telah memaafkanmu.”

Jika kamu meneliti dampak dan akibat marah, kamu akan mendapati akibat buruk dan dampak negatifnya. Di antaranya, bisa mengoyak-ngoyak persatuan di antara masyarakat, memecah belah jamaah, menumbuhkan jiwa permusuhan dan kebencian di antara manusia, serta menebarkan jiwa saling membelakangi dan saling memutuskan hubungan di dalam masyarakat.

Cepat marah termasuk salah satu tabiat orang bodoh, sebagaimana menjauhi marah termasuk sikap orang yang berakal. Dilansir dari buku Wasiat Rasul Buat Lelaki yang ditulis Muhammad Khalil Itani diterjemahkan Ahmad Syakirin diterbitkan AQWAM, 2013.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement