REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Ekskavasi Arkeologi Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta melakukan penggalian situs arkeologi Pulau Onrust selama 14 hari, yakni pada 8-22 November 2023. Program ini dijalankan untuk mendukung pelestarian cagar budaya Pulau Onrust, Kepulauan Seribu.
Ekskavasi (penggalian) arkeologi pada 2023 ini melanjutkan penelitian arkeologi terdahulu. Kali ini, tim akan melakukan pembuktian titik lokasi akses masuk dan keluar serta batas-batas bastion (benteng pertahanan) Pulau Onrust yang mengacu kepada denah J. W. Heydt tahun 1744.
"Pembuktian titik akses masuk dan keluar serta batas-batas benteng pertahanan ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan pelestarian cagar budaya di Pulau Onrust. Sekaligus untuk mendukung narasi edukasi yang disajikan oleh Museum Arkeologi Onrust kepada masyarakat yang berkunjung ke pulau tersebut nantinya," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana, saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (21/11/2023).
Kegiatan ini dipimpin arkeolog senior Candrian Attahiyat bersama lima arkeolog muda lainnya dan dibantu teknologi pemindai radar bumi. Iwan menjelaskan sama seperti pulau lain di sekitarnya, lanskap Onrust merupakan pulau karang yang mengandung beberapa peninggalan sejarah, seperti sisa bangunan benteng dan bangunan fasilitas penunjang pulau lainnya dari berbagai periode sejarah kolonial di wilayah Jakarta.
Lalu, sejarah Pulau Onrust yang harus dilestarikan keberadaannya mulai dari pulau tempat dermaga pembuatan dan perbaikan kapal, gudang penyimpanan komoditas ekspor dari Kota Batavia, hingga menjadi salah satu basis pertahanan laut perairan di utara Batavia.
Adapun benteng pertama di Pulau Onrust dibangun pada 1656 berbentuk segi empat dan hanya dilengkapi dua bastion dengan courtine yang tidak panjang. Bastion sendiri merupakan pos pengamanan di sudut bangunan benteng yang menjorok keluar dengan denah segi empat atau trapesium, sedangkan courtine, yaitu dinding yang menghubungkan antara bastion tersebut.
Benteng awal ini dibongkar dan diperluas menjadi bangunan benteng besar secara bertahap pada 1671. Benteng besar ini digambarkan dalam peta tahun 1744 yang dibuat oleh J.W. Heiydt berbentuk segi lima dengan bastion pada masing-masing sudutnya.