REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Abu Hurairah Radiyallahu Anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jauhilah prasangka, karena prasangka (menuduh tanpa dasar) itu adalah sedusta-dusta perkataan. Janganlah kalian saling hasad, mendengki, saling memata-matai, dan saling membenci. Namun, jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR Syaikhani).
Prasangka yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah menuduh tanpa dasar dan bukti. Prasangka yang dilarang di sini adalah prasangka buruk yang mengandung dosa.
Di dalam wasiat ini, Nabi Muhammad SAW memperingatkan kita dengan sabdanya "Iyyakum" yakni jauhilah. Kita diperingatkan agar tidak berburuk sangka terhadap seorang Muslim.
Di samping itu, dalam peringatan ini juga disebutkan dengan uslub (metode) "ancaman” dan “larangan” yakni sabda Nabi Muhammad SAW "Iyyakum wazh zhanna, fainnazh zhanna akdzabul hadits." Maksudnya agar kita waspadalah terhadap prasangka dengan kewaspadaan yang sangat.
Prasangka itu ada dua. Sebagaimana dikatakan Sufyan Ats Tsauri, "Prasangka itu ada dua, (pertama) prasangka yang mengandung dosa dan (kedua) prasangka yang tidak mengandung dosa. Prasangka yang mengandung dosa adalah prasangka yang diungkapkan, sedangkan prasangka yang tidak mengandung dosa adalah prasangka yang tidak sampai diungkapkan."
Sebagian ulama salaf berkata bahwa prasangka yang berdosa adalah berprasangka buruk terhadap pelaku kebaikan dari kalangan kaum mukminin.
Prasangka yang dilarang adalah berprasangka buruk terhadap kaum muslimin siapapun mereka. Sementara prasangka buruk yang mustahab ialah prasangka seseorang kepada orang lain jika antara dirinya dengannya terjadi permusuhan atau perseteruan dalam masalah agama atau dunia karena ia khawatir tertimpa sesuatu yang tidak disukai.
Sebagaimana dilantunkan seorang penyair, "Prasangka baik itu bagus untuk seluruh urusan, namun sangat mungkin akibatnya penyesalan. Sedang prasangka buruk itu jelek untuk seluruh aspek, namun di antara prasangka buruk itu adakalanya benar."
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." Ini adalah unsur dasar dalam wasiat ini, juga sebagai penegasan terhadap firman Allah SWT.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati. (QS Al-Hujurat Ayat 10).
Maka wajib bagi kita sebagai Muslim menjadi seperti satu tubuh dan seperti kedua tangan yang antara satu tangan dengan yang lainnya saling menyucikan. Dilansir dari buku Wasiat Rasul Buat Lelaki yang ditulis Muhammad Khalil Itani diterjemahkan Ahmad Syakirin diterbitkan AQWAM, 2013.