REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pertempuran Khaibar terjadi pada bulan Muharram tahun ketujuh Hijrah, bertepatan dengan Mei 628 M, antara umat Muslim dan orang-orang Yahudi di Khaibar.
Setelah orang-orang Yahudi melanggar perjanjian mereka dengan kaum Muslimin dalam Pertempuran Parit atau Khandaq (pada tahun kelima Hijrah), Rasulullah menghukum mereka dalam Pertempuran Bani Qurayza.
Kemudian mereka diusir dari Madinah, dan sebagian besar dari mereka menuju Khaibar. Wilayah ini menjadi tempat utama bagi orang-orang Yahudi melancarkan komplotan melawan umat Islam dan membangun aliansi militer dengan musuh-musuh Islam. Mereka bersekutu dengan Ghatafan untuk membentuk persatuan melawan umat Islam.
Perang Khaibar terjadi setelah Rasulullah menyelesaikan Perjanjian Hudaibiyah. Perang Khaibar terjadi untuk menghentikan kezaliman kaum Yahudi. Nabi SAW mengerahkan kaum Muslimin untuk menyerbu Khaybar pada tahun ketujuh Muharram, dan menyiapkan pasukan berjumlah 1.600 mujahidin. Mereka melakukan perjalanan selama tiga hari dan tiba pada malam hari.
Rasulullah memerintahkan umat Islam untuk bermalam di dekat Khaibar. Setelah sholat Subuh, tentara Muslim bergerak, sementara orang-orang Yahudi meninggalkan benteng mereka menuju lahan pertanian mereka.
Pemimpin kaum Yahudi kala itu, Salam bin Mishkam, meminta kaumnya untuk mengumpulkan uang dan keluarganya di benteng Al Katibah, juga mengerahkan para pasukan di benteng Natat.
Di sisi lain, Nabi SAW memerintahkan penebangan pohon-pohon palem yang mengelilingi Benteng Natat karena banyaknya pohon kurma yang menghalangi pergerakan pasukan. Nabi Muhammad mengutus beberapa orang untuk menaklukkan benteng tersebut. Kaum Yahudi pun bertempur mempertahankan benteng Natat itu.
Orang pertama yang dikirim untuk menaklukkan benteng ialah Abu Bakar RA tetapi tidak mampu. Dan setelahnya, Umar bin Al Khattab RA, yang juga tidak berhasil. Hari pertama berakhir dan tidak ada pihak yang menang.
Pertempuran berlanjut di pagi hari, dan pertempuran berlanjut selama tiga hari. Orang-orang Yahudi bertempur di depan benteng mereka, ketakutan dengan perang di lapangan secara langsung.
Dalam situasi itu, Nabi Muhammad SAW bersabda akan memberikan panji kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta dicintai Allah dan Rasul-Nya. Setiap sahabat mulai berharap agar panji itu menjadi bagiannya.
Besok hari, Nabi SAW memanggil Ali bin Abi Thalib yang sedang menderita radang mata. Lalu Rasulullah SAW menaruh sedikit air liurnya di mata Ali bin Abi Thalib. Masalah pada mata Ali RA pun sirna dan panji itu pun diberikan kepadanya.
Ali bin Abi Thalib RA keluar membawa pedang “Zulfiqar” dan terjadilah pertempuran besar-besaran. Komandan benteng Natat di pihak Yahudi, Al Harits bin Abi Zainab, terbunuh, dan saudaranya Marhab mengambil alih setelahnya.
Marhab dikenal hebat bertempur dan menjadi salah satu pahlawan Yahudi. Marhab keluar dengan mengenakan dua baju besi dan dua pedang untuk berduel dengan Ali. Marhab tumbang di tangan Ali bin Abi Thalib.
Kaum Muslimin berhasil menaklukkan berbagai benteng kaum Yahudi dalam Perang Khaibar itu. Mulai dari benteng Na'im, benteng Al Qamous, benteng Sa’b bin Moaz, kemudian Al Watih dan Al Salam, hingga benteng Khaibar.
Benteng-benteng tersebut mulai runtuh silih berganti, hingga hanya tersisa benteng Al Watih dan Al Salam. Lalu, umat Islam mengepung pasukan kaum Yahudi selama 14 hari dan tidak melihat apa pun kecuali menyerah.
Sumber:
https://www.elbalad.news/1051944