Rabu 22 Nov 2023 02:10 WIB

Peluang Positif Nikel Indonesia di Tengah Perkembangan Kendaraan Listrik

Pelaku industri berharap peluang hilirisasi nikel harus dimanfaatkan dengan baik

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Group CEO PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Derian Sakmiwata melihat peluang positif terhadap nikel pada perkembangan kendaraan listrik di Indonesia. Peluang itu dia lihat dari posisi negara ini yang salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia. Di samping, nikel sangat dibutuhkan kendaraan listrik yang kini tengah berkembang di masyarakat dunia.
Foto: dok istimewa
Group CEO PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Derian Sakmiwata melihat peluang positif terhadap nikel pada perkembangan kendaraan listrik di Indonesia. Peluang itu dia lihat dari posisi negara ini yang salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia. Di samping, nikel sangat dibutuhkan kendaraan listrik yang kini tengah berkembang di masyarakat dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Group CEO PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Derian Sakmiwata melihat peluang positif terhadap nikel pada perkembangan kendaraan listrik di Indonesia. Peluang itu dia lihat dari posisi negara ini yang salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia. Di samping, nikel sangat dibutuhkan kendaraan listrik yang kini tengah berkembang di masyarakat dunia.

“Positiflah tentunya. Karena kita lihat Indonesia itu adalah salah satu negara penghasil nikel terbesar dunia. Dan nikel itu merupakan salah satu bahan yang paling dicari saat ini. Tadi di dalam juga dijelaskan bahwa nikel itu dibutuhkan untuk besi baja antikarat, dan sekarang sangat dibutuhkan untuk baterai mobil listrik,” ucap Derian pada kegiatan Electric Vehicle (EV) and Battery Conference 2023 di Jakarta, Selasa (21/11/2023).

Derian mengatakan, pihaknya sebagai pemilik tambang nikel turut mendukung dunia hilirisasi di Indonesia. Menurut dia, kesempatan untuk melakukan hilirisasi yang dapat dilakukan Indonesia saat ini harus dimanfaatkan dengan baik, jangan hanya fokus menambang saja. Dia menilai, jika tak dimanfaatkan dengan baik, apa yang ada di depan mata maka akan sia-sia.

“Dan kita juga harus berpikir bahwa sebagai bangsa Indonesia harusnya kita bangga ya memiliki hasil kekayaan yang terbesar di dunia. Dan saya berharap banyak perusahaan-perusahaan nasional lainnya yang ikut mengembangkan. Jadi tidak harus berpikir untuk menambang tok. Tapi ya ikut mengembangkan hilirisasi ini,” jelas dia.

EV and Battery Conference digelar seiring dengan Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menjadi agenda tahunan bagi peserta United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Agenda yang biasa disebut Conference of the Parties (COP 28) itu berlangsung di Uni Emirat Arab pada November-Desember 2023.

Salah satu isu yang mengemuka dalam COP 28 adalah percepatan transisi ke sumber energi bersih untuk memangkas emisi gas rumah kaca. Data Indonesia Electric Vehicle Outlook dari Institute for Essential Services Reform (IEVO-IESR) menunjukkan, sektor transportasi merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar kedua, yakni 23 persen.

Di mana, transportasi darat menyumbang 90 persen emisi pada sektor ini. Sebab itu, perlu upaya yang menyeluruh, dari hulu ke hilir dalam membangun ekosistem transportasi yang lebih kuat dan berkelanjutan.

EV and Battery Conference terbagi menjadi tiga sesi diskusi. Melalui kegiatan itu, para peserta akan memahami langkah Indonesia dalam mengelola kekayaan alam berupa nikel yang menjadi salah satu bahan utama baterai listrik, pemanfataan dan tata kelola nikel, hingga pengembangan ekosistem kendaraan listrik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement