REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kecamatan Lembang Jaya di Kabupaten Solok termasuk wilayah yang kaya dengan potensi pertanian. Berada di dekat Gunung Talang, menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat petani karena memiliki tanah yang subur. Lembang Jaya diketahui berdiri dari 6 nagari (setingkat desa). Yakni Nagari Batu Bajanjang, Nagari Batu Banyak, Nagari Bukik Sileh Salayo Tanang, Nagari Koto Anau, Nagari Koto Laweh dan Nagari Limau Lunggu.
Sejak adanya rencana proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di sana, masyarakat Lembang Jaya, terutama di Nagari Batu Bajanjang menjadi paranoid karena takut lahan pertanian mereka akan rusak. Namun kini, menurut Camat Lembang Jaya Agung Satria, masyarakat di wilayahnya tidak lagi merasa terusik dengan isu geothermal karena merasa perusahaan yang akan masuk ke sana vakum.
"Sejauh saya masuk ke sini (menjadi camat Lembang Jaya) tidak ada pembahasan mengenai geothermal. Pemerintah di tingkat kabupaten, juga belum berkoordinasi dengan saya soal itu," kata Agung.
Tapi selaku Camat, Agung ingin menjadi pihak penengah. Yakni menjamin masyarakat hidup tentram, ekonomi tumbuh, tapi program-program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan juga tidak terhambat.
"Bagi saya, tentu ingin memastikan program pemerintah jalan, kalau ada isu-isu segala macamnya. Tapi sekarang belum ada perintah khusus terkait sosialisasi geothermal," ujar Agung.
Pada kesempatan berbeda, Wakil Bupati Solok, Jon Firman Pandu, mengatakan proyek geothermal yang akan masuk ke Lembang Jaya tidak akan merusak lingkungan pertanian masyarakat. Jon mengaku, sudah melakukan studi banding ke daerah lain yang sudah berhasil menjalankan proyek geothermal.
"Geothermal bisa berdampingan dengan masyarakat. Sudah banyak daerah lain bahkan di tetangga kami, Solok Selatan, geothermal sama sekali tidak mengganggu pertanian masyarakat. Masyarakat tetap fokus dengan pertaniannya, geothermal juga berjalan dan menghasilkan PAD (pendapatan asli daerah) yang juga bermanfaat untuk masyarakat," kata Jon.
Jon menyebut, ketakutan masyarakat dengan rencana masuknya proyek geothermal disebabkan adanya provokasi dari pihak luar. Di mana provokator ini kata dia menakut-nakuti masyarakat dengan isu geothermal akan merusak pertanian dan membuat cadangan air di sekitaran Gunung Talang berkurang.
Jon menilai perlu sosialisasi yang lebih intens untuk meyakinkan masyarakat supaya dapat menerima masuknya proyek geothermal. Karena kata dia kehadiran geothermal akan memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat terutama di lingkaran Gunung Talang. Seperti semakin tenaga kerja terserap, UMKM berkembang hingga banyak infrastruktur baru akan dibangun.
"Kita contoh di Solok Selatan, dari geothermal itu saja, PAD bersih yang mereka dapatkan mencapai Rp 70 miliar lebih setahun. PAD, yang akan menikmati kan masyarakat juga," ucap Jon.
Senada dengan Wabup Solok, Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) H Herry Martinus, mengatakan berdasarkan penelitian para ahli, geothermal justru punya kepentingan menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya. Geothermal menurut Herry tidak akan merusak lingkungan untuk menjaga kestabilan curah hujan. Karena tanpa curah hujan yang cukup, eksplorasi energi panas bumi tidak akan maksimal.
"Justru geothermal punya kepentingan menjaga kelestarian lingkungan. Kalau curah hujan di sekitar lokasi (geothermal) itu menurun, eksplorasi energi panas buminya tentu terhambat," kata Herry.
Herry menilai pemahaman seperti ini belum seluruhnya sampai ke masyarakat. Dan situasi juga kadang dibuat runyam dengan masuknya upaya provokasi pihak luar yang tidak ingin geothermal masuk.
Ia berharap, peran serta tokoh-tokoh masyarakat setempat untuk membantu mensosialisasikan dampak positif geothermal. Karena, kata dia, masyarakat Sumbar pada umumnya akan nurut bila mendapatkan arahan yang lengkap dari niniak mamak pemimpin kaum.