Rabu 22 Nov 2023 10:14 WIB

Tak Ada Indikasi Kenaikan Suku Bunga, IHSG Malah Tergelincir di Zona Merah

The Fed tidak mempunyai niat untuk melonggrakan kebijakan moneter.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan terjadi pada, Rabu (22/11/2023). IHSG tergelincir ke zona merah saat pembukaan perdagangan pagi ini dengan melemah hingga ke level 6.927,43.

Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan pelemahan IHSG sejalan dengan pergerakan mayoritas bursa di Asia.  "Indeks saham di Asia dibuka turun mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street," tulis Phillip Sekuritas dalam ulasannya.

Baca Juga

Dokumen FOMC Minutes dari pertemuan kebijakan Federal Reserve pada 31 Oktober-1 November lalu memperlihatkan pejabat tinggi bank sentral AS itu secara umum sepakat untuk bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan suku bunga di bulan-bulan mendatang.

Para pejabat tinggi Federal Reserve juga mencatat perlu adanya kenaikan suku bunga lebih lanjut jika informasi atau data yang masuk memberi indikasi tidak adanya kemajuan signifikan dalam pencapaian target inflasi dua persen. Dengan kata lain, para pejabat tinggi Federal Reserve masih belum siap mengklaim kemenangan dalam perang melawan inflasi. Mereka sejauh ini tidak mempunyai niat untuk melonggrakan kebijakan moneter.

Di pasar obligasi, imbal hasil surat utang Pemerintah AS bertenor 10 tahun turun tipis menjadi 4,41 persen dari 4,42 persen setelah rilis notulen rapat pertemuan kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve) tidak memperlihatkan keputusan mengenai kebijakan yang baru.

Di pasar komoditas, harga emas melonjak ke level tertinggi dalam dua minggu dan sempat menembus level psikologis 2000 dolar AS per ons. Penguatan emas ini didorong oleh ekspektasi Federal Reserve telah sampai di akhir siklus kenaikan suku bunga.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement