Rabu 22 Nov 2023 22:34 WIB

Black Friday, Ini Cerita di Balik Kehebohan Diskon Belanja

Black Friday menjadi tradisi yang kuat di Amerika Serikat.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Natalia Endah Hapsari
Pada tahun 1950-an, para manajer dilaporkan menggunakan Black Friday untuk menggambarkan hari ketika banyak pekerja akan dinyatakan sakit setelah Thanksgiving.
Foto: picodi
Pada tahun 1950-an, para manajer dilaporkan menggunakan Black Friday untuk menggambarkan hari ketika banyak pekerja akan dinyatakan sakit setelah Thanksgiving.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sehari setelah Thanksgiving yang jatuh pada Kamis (23/11/2023), ditandai dengan salah satu acara ritel paling penting tahun ini. Acara tersebut adalah Black Friday. 

Sepanjang masa Black Friday, beragam merek memberi diskon Black Friday beberapa pekan sebelumnya. Menurut laporan yang dirilis oleh Coveo, mesin pencari SaaS berbasis di Quebec yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI), pada awal bulan November, 58 persen pengecer berfokus pada Black Friday dan Cyber monday/Cyber Week untuk mendorong pendapatan pada kuartal keempat. 

Baca Juga

Selama bertahun-tahun, pelaku bisnis perlu menemukan cara untuk menonjol dalam lautan transaksi. Pada tahun 2022, RetailNext Inc., sebuah firma intelijen ritel yang melacak lalu lintas di toko fisik, mengatakan lalu lintas toko naik 5,2 persen untuk Black Friday hingga Ahad selama tahun 2021. 

Menurut The NPD Group, penjualan Thanksgiving, Black Friday, dan Small Business Saturday turun lima persen pada tahun 2022 dibandingkan pekan yang sama pada tahun 2021, sementara penjualan unit turun delapan persen.