Rabu 22 Nov 2023 14:46 WIB

Pulihkan Hutan Global Berpotensi Serap 226 Gigaton Emisi Karbon

Pohon memang memberikan manfaat luar biasa terhadap penyerapan karbon.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Pemulihan hutan secara global sangat bermanfaat untuk menyerap emisi karbon.
Foto: www.freepik.com
Pemulihan hutan secara global sangat bermanfaat untuk menyerap emisi karbon.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pohon sering dianggap sebagai pahlawan alam dalam memerangi perubahan iklim. Sebuah penelitian terbaru yang melibatkan lebih dari 200 penulis, data satelit, serta data lapangan yang ekstensif, menunjukkan bahwa memulihkan hutan global berpotensi menyerap 226 gigaton emisi karbon. Jumlah ini setara dengan sepertiga karbon yang dilepaskan sejak era industri. Namun, potensi lingkungan ini memiliki beberapa peringatan penting.

Meskipun pohon menawarkan manfaat yang luar biasa, seperti menyediakan habitat bagi beragam spesies, membersihkan udara dan air, serta menyerap karbon di atmosfer, pohon bukanlah solusi yang berdiri sendiri untuk mengatasi perubahan iklim. Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature ini menekankan bahwa menanam pohon saja tidak cukup.

Baca Juga

Penulis senior studi ini, Thomas Crowther, menekankan bahwa tanpa mengurangi emisi gas rumah kaca, potensi kapasitas penyimpanan karbon hutan bisa sangat terganggu. Ada juga kekhawatiran yang berkembang bahwa hutan dapat disalahgunakan sebagai alasan yang tepat untuk melanjutkan penggunaan bahan bakar fosil.

Studi ini berbeda dari penelitian Crowther pada 2019, yang mengedepankan penanaman pohon secara massal. Penggambaran pohon sebagai obat mujarab perubahan iklim dalam penelitian sebelumnya dikritik karena terlalu menyederhanakan masalah. Sementara itu, penelitian baru ini memberikan pemahaman yang lebih bernuansa, menunjukkan bahwa sekitar 61 persen penyimpanan karbon tambahan dapat berasal dari melindungi hutan yang ada, dan sisanya berasal dari reboisasi area dengan jejak manusia yang minimal.

Namun, ini bukan hanya tentang menanam lebih banyak pohon. Pemilihan spesies dan memastikan keanekaragaman hayati sangatlah penting. Monokultur, yang sering kali lebih disukai untuk tujuan komersial, kurang efektif dalam penyerapan karbon dan dapat membahayakan keanekaragaman hayati. Keberhasilan restorasi hutan sangat bergantung pada keterlibatan masyarakat lokal dan praktik-praktik yang selaras dengan ritme alam.

“Kesimpulannya, meskipun pohon memiliki peran penting dalam mitigasi perubahan iklim, pohon merupakan bagian dari teka-teki lingkungan yang lebih besar. Memerangi perubahan iklim secara efektif membutuhkan pendekatan multifaset yang mencakup pelestarian hutan yang ada, mengadopsi praktik penggunaan lahan yang berkelanjutan, dan yang terpenting, mengurangi emisi bahan bakar fosil,” kata para penulis studi seperti dilansir One Green Planet, Rabu (22/11/2023).

Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim di antaranya mengurangi konsumsi daging, tidak mendukung fast fashion, mendukung media independen, aktif menyuarakan krisis iklim melalui berbagai platform termasuk petisi, dan mengubah gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan. Misalnya, mengurangi sampah individu dan rumah tangga, mengompos sampah organik, tidak menggunakan plastik atau tas sekali pakai, hemat air dan listrik, hingga bepergian dengan lebih bertanggung jawab.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement