REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut hoaks lebih banyak dibaca oleh orang-orang tua. Menurut dia, anak-anak muda cenderung sudah tahu mana informasi di ruang siber yang harus dia pilih dan seleksi untuk dipercaya.
“Saya kira yang produsen hoaks, yang suka gemar membaca hoaks itu bukan anak-anak muda. Itu kecenderungan orang-orang tua yang seperti saya. Kalau yang muda-muda sudah tahu mana yang dia pilih. Jadi kemampuan untuk melakukan seleksi, kemudian filtering itu sudah sangat bagus,” ujar Muhadjir di Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Meski begitu, dia menekankan, tetap perlu dilakukan pemberian pemahaman moral dan etik di ruang siber kepada generasi muda bangsa. Muhadjir menilai, moral dan etik itu dapat dimasukan secara resmi dan formal melalui kurikulum pendidikan. Dengan demikian diharapkan mereka mengetahui batas etik dan moral di dalam ruang siber.
“Sehingga mereka tahu batas di mana dia tidak boleh melampaui batas ethical and moral borderline, yang tidak boleh dilalui,” kata dia.
Pada ‘Seminar Nasional Beyond ASEAN 2023: Fostering Meaningful Youth Participation’ Muhadjir menjelaskan, isu literasi dan transformasi digital merupakan isu yang sangat diperhatikan oleh pemuda ASEAN dalam proses pembangunan.
"Akselerasi digital telah terjadi selama pandemi, dan saat itulah kita melihat bagaimana para pemuda berperan penting dalam mengedukasi kelompok masyarakat lain terkait keterampilan digital," kata dia.
Sebab itu, dia mengajak generasi muda ASEAN untuk berperan aktif dalam pembangunan wilayah Asia Tenggara sebagai kawasan yang stabil, damai, serta menjadi pusat pertumbuhan di kancah global.
"Mari kita bekerja bersama untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi pemuda kita dan Komunitas ASEAN," jelas dia.