Kamis 23 Nov 2023 05:41 WIB

Ketua KPK Firli Bahuri Tersangka Korupsi dan Pemerasan

Beberapa barang bukti yang disita, termasuk dokumen transaksi uang total Rp 7 miliar.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Agus Yulianto
Polda Metro Jaya akhirnya menetapkan Ketua KPK Firli Bahuri tersangka kasus pemerasan dan gratifikasi.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Polda Metro Jaya akhirnya menetapkan Ketua KPK Firli Bahuri tersangka kasus pemerasan dan gratifikasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polda Metro Jaya akhirnya menetapkan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri sebagai tersangka. Setelah penyidikan selama hampir dua bulan, tim penyidik pada Direktorat Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Metro Jaya menetapkan Firli Bahuri sebagai tersangka terkait korupsi berupa dugaan pemerasan, dan penerimaan gratifikasi, hadiah, atau janji dalam pengusutan korupsi yang diduga dilakukan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) di Kementerian Pertanian (Kementan) 2020-2023.

Firli Bahuri diumumkan sebagai tersangka pada Rabu (22/11/2023) malam menjelang pergantian hari. Dirkrimsus Polda Metro Jaya, Komisaris Besar (Kombes) Ade Safri Simanjuntak, saat konfrensi pers menerangkan, penetapan tersangka terhadap Firli Bahuri setelah tim penyidikan, pada Rabu (22/11/2023) petang melakukan serangkaian gelar perkara. Gelar perkara dilakukan setelah tim penyidikan Polda Metro Jaya dalam sebulan terakhir ini maraton memeriksa 91 orang saksi, dan meminta keterangan sebanyak empat orang ahli. 

Baca Juga

Termasuk, kata Ade, tim penyidikannya juga sudah melakukan serangkaian penggeledahan, dan melakukan penyitaan-penyitaan terhadap sejumlah barang bukti. Beberapa barang bukti yang disita, termasuk dokumen transaksi uang dolar Amerika Serikat (AS), dan dolar Singapura setotal Rp 7 miliar. “Dari hasil gelar perkara yang dilaksanakan, ditemukan bukti-bukti yang cukup untuk menetapkan saudara FB (Firli Bahuri) selaku Ketua KPK RI sebagai tersangka dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi, berupa pemerasan atau penerimaan gratifikasi, atau penerimaan hadiah atau janji oleh pegawai negeri atau penyelenggara negara yang berhubungan dengan jabatannya,” begitu kata Ade di Mapolda Metro Jaya, Rabu (22/11/2023) malam.

Ade menerangkan, Firli Bahuri dijerat dengan sangkaan Pasal 12 e, atau Pasal 12B, atau Pasal 11 Undang-undang (UU) 31/1999-20/2001 tentang Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) juncti Pasal 65 KUH Pidana. “Adapun ancaman hukuman, dari Pasal 12e, dan Pasal 12B ancaman pidana yang dimaksud dalam pasal tersebut adalah dipidana penjara selama seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 4 tahun, dan paling lama 20 tahun,” begitu kata Ade menambahkan. “Adapun Pasal 11, pidana penjara paling singkat 1 tahun, dan paling lama 5 tahun,” begitu sambung Ade.

Kasus yang menyeret Firli Bahuri sebagai tersangka ini, sudah dalam penyidikan sejak 9 Oktober 2023. Kasus tersebut dilaporkan sendiri oleh Yasin Limpo yang pada saat itu masih menjabat sebagai menteri pertanian. Sementara Yasin Limpo sendiri beberapa lama setelah pelaporannya ke Polda Metro Jaya tersebut, ditetapkan tersangka oleh KPK. Politikus Nasdem tersebut ditetapkan tersangka oleh KPK terkait dengan korupsi dalam penerimaan uang pungutan setotal Rp 13,9 miliar dalam kenaikan pangkat dan promosi jabatan di lingkungan Kementan sepanjang 2020-2023. Yasin Limpo, pun sejak 13 Oktober 2023 dijebloskan ke sel tahanan.

Sementara nasib hukum Firli Bahuri terus dilakukan penyidikan. Purnawirawan polisi bintang tiga tersebut, sempat dua kali diperiksa oleh tim Dirkrimsus Polda Metro. Pemeriksaan terhadap Firli Bahuri dilakukan di Bareskrim Polri. Tim penyidik Polda Metro Jaya, pun melakukan serangkaian penggeledahan di rumah tinggal pribadi Firli Bahuri di Villa Galaxy, Bekasi, Jawa Barat (Jabar). Dan memeriksa rumah singgah di Kertangera 46 di Jakarta Selatan (Jaksel) yang diduga ditempati oleh Firli Bahuri namun diduga penyewaannya menggunakan uang milik pengusaha Alex Tirta.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement