Kamis 23 Nov 2023 08:01 WIB

Apa yang Membuat Netanyahu Berubah Pikiran dan Sepakati Gencatan Senjata?

Netanyahu diduga mendapatkan tekanan dari keluarga sandera.

Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata selama empat hari.
Foto: AP Photo/Abir Sultan
Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata selama empat hari.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata selama empat hari. Kabinet Israel mendukung kesepakatan tersebut setelah pembicaraan yang dimediasi Qatar berlanjut hingga Rabu (22/11/2023) dini hari.

Media Israel melaporkan perdebatan sengit antarmenteri di pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Pada akhirnya, hanya tiga dari 38 anggota kabinet yang memberikan suara menentang gencatan senjata, yaitu Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan dua anggota partai politik sayap kanan lainnya.

Baca Juga

Gencatan senjata ini sudah beberapa kali dibahas tetapi selalu ditolak Israel. Hamas menuding Israel sengaja terus menerus menunda pembahasan gencatan senjata tersebut. Lalu apa yang membuat Netanyahu berubah pikiran?

Netanyahu diduga mendapatkan tekanan dari keluarga sandera. Terlebih lagi beberapa laporan yang dikonfirmasi Hamas menyebutkan bahwa sandera tewas bukan karena perlakuan para pejuang Palestina melainkan pengeboman Israel yang tak berhenti.

Hamas bahkan sempat merilis video yang menunjukkan dua sandera dibawa ke RS Al Shifa untuk mendapatkan perawatan. Namun, mereka tewas saat pengeboman terjadi.

"Keputusan yang sulit, tapi merupakan keputusan yang tepat,” ujar PM Israel, Benjamin Netanyahu kepada para menterinya, dikutip laman Al Arabiya.

Media Israel membeberkan rincian perjanjian gencatan senjata. Menurut laporan stasiun televisi Channel 12, kesepakatan tersebut diperkirakan mulai berlaku Kamis atau Jumat pekan ini. Berdasarkan perjanjian yang ditengahi Qatar itu, 50 warga Israel yang ditahan Hamas akan dibebaskan dengan imbalan pembebasan 150 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.

Kesepakatan itu juga meliputi jeda pertempuran selama empat hari dan masuknya 300 truk berisi bantuan kemanusiaan, termasuk bahan bakar, ke Jalur Gaza. Perjanjian tersebut juga memungkinkan gencatan senjata diperpanjang dan kemungkinan pembebasan anak dan perempuan yang ditahan oleh kedua belah pihak yang lebih banyak.

Saluran TV tersebut melaporkan bahwa warga Israel yang akan dibebaskan meliputi 30 anak-anak, 8 ibu, dan 12 perempuan lainnya. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan tiga tahanan Palestina dengan imbalan setiap orang Israel yang dibebaskan.

Sementara itu, menurut laporan Channel 13, antara 12 dan 13, sandera Israel akan dibebaskan setiap hari selama empat hari gencatan senjata. Sebanyak 20 sandera Israel lainnya bisa dibebaskan jika gencatan senjata diperpanjang selama dua hari, kata lembaga penyiaran itu. Israel memperkirakan 30 sandera lainnya dibebaskan dari tawanan Hamas.

“Tentara Israel akan terus mengendalikan bagian utara Jalur Gaza,” kata saluran tersebut.

“Bahan bakar hanya akan diizinkan masuk Gaza selama periode gencatan senjata,” lapor Channel 13.

Channel 12 juga melaporkan bahwa 10 sandera Israel akan dibebaskan pada tahap pertama, yang akan diikuti dengan pembebasan kelompok tahanan Palestina yang pertama.

“Ini adalah kesepakatan terbaik yang bisa Anda dapatkan saat ini,” demikian laporan saluran televisi tersebut, mengutip seorang pejabat keamanan Israel yang tidak disebutkan namanya.

Semua sandera yang akan dibebaskan oleh Hamas adalah yang berkewarganegaraan Israel, kata sumber politik Israel kepada lembaga penyiaran publik KAN.

“Jika Hamas melepaskan warga negara asing, itu di luar kesepakatan,” kata sumber itu.

“Selama periode gencatan senjata, serangan udara akan dihentikan selama enam jam sehari,” tutup sumber tersebut.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement