Kamis 23 Nov 2023 19:19 WIB

Perempuan Cantik atau Pria Ganteng yang Lebih Sukses Berkarier? Ternyata, Ini Jawabannya

Pria justru mendapat manfaat lebih besar jika memiliki daya tarik fisik.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Pria tampaknya mendapat keuntungan lebih banyak jika orang menganggap mereka menawan, terutama untuk peningkatan kariernya   (ilustrasi)
Foto: kolombloggratis.blogspot.com
Pria tampaknya mendapat keuntungan lebih banyak jika orang menganggap mereka menawan, terutama untuk peningkatan kariernya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —Perempuan hanya bisa sukses di dunia kerja jika mereka berpenampilan menawan. Benarkah anggapan tersebut? Rupanya, sebuah penelitian dari Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia, menggugurkan anggapan tersebut.

Studi ini menyatakan bahwa laki-laki mendapat manfaat lebih besar jika memiliki daya tarik fisik, entah itu di sekolah atau pun tempat kerja, dibandingkan perempuan.  

Baca Juga

Para peneliti memeriksa data lebih dari 11 ribu orang Amerika selama 20 tahun dari masa remaja hingga dewasa. Termasuk penilaian penampilan mereka, informasi tentang pencapaian pendidikan dan karier, serta pendapatan mereka.

Mereka menemukan bahwa orang-orang yang dinilai lebih menawan pada usia 15 tahun, cenderung melampaui pencapaian orang tua mereka dalam hal pendapatan dan prestasi, ketika mereka berusia 30-an.

Dampak itu lebih besar dirasakan oleh laki-laki dibandingkan perempuan, terutama dalam bidang pendidikan. Para ahli berpendapat bahwa, dari sudut pandang evolusi, berpenampilan menarik bisa menjadi tanda bahwa seseorang itu dirasa akan cocok dalam banyak hal, bugar, dan bebas penyakit.

Selain itu, orang cenderung menilai orang yang secara konvensional menarik sebagai orang yang lebih cerdas, dapat dipercaya, dan berbakat. Dalam studi terbaru ini, para peneliti mulai mengeksplorasi dampak material dari dugaan bias tersebut.

Untuk melakukannya, mereka mengambil data dari National Longitudinal Study of Adolescent Health (Add Health), sebuah studi jangka panjang yang mengamati sekitar 20 ribu orang dari masa remaja hingga dewasa. Beberapa dari mereka keluar seiring berjalannya waktu, sehingga studi baru ini mencakup data 11.583 orang.

Angka-angka itu mencakup data kesehatan fisik, informasi demografis, data sosial ekonomi, dan, anehnya, ada peringkat daya tarik fisik. Peserta penelitian datang setiap beberapa tahun untuk menjawab pertanyaan Add Health.

Pada setiap kunjungan, pewawancara diminta untuk menilai daya tarik fisik peserta, dengan skala lima poin mulai dari ‘sangat tidak menarik’ hingga ‘sangat menarik’.

Pewawancara tidak menerima instruksi khusus mengenai kriteria yang harus mereka gunakan untuk menilai peserta.

Namun, karena penelitian menunjukkan bahwa banyak pengamat cenderung sepakat mengenai penilaian daya tarik fisik, peringkat Add Health memberikan gambaran akurat tentang bagaimana orang memandang setiap peserta itu.

Tim di balik penelitian ini mengamati bagaimana pewawancara menilai penampilan peserta ketika mereka datang untuk kunjungan pertama saat remaja, hingga bagaimana kehidupan mereka mengalami kemajuan sekitar 20 tahun kemudian.

Daya tarik fisik pada usia 15 tahun membuat perbedaan yang signifikan 20 tahun kemudian. Bahkan setelah para peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain yang berdampak pada status sosial ekonomi seseorang, seperti kesehatan masa kanak-kanak, kondisi lingkungan, dan posisi sosial ekonomi orang tua.

“Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana daya tarik estetika seseorang berdampak pada mobilitas tinggi, namun secara teori, efek sebaliknya mungkin terjadi,” tulis para peneliti studi tersebut melansir Daily Mail, Kamis (23/11/2023).

Mobilitas sosial tinggi dapat menghasilkan daya tarik yang lebih besar. Begitu seseorang menjadi kaya, mereka mampu membeli pakaian yang lebih bagus, ikut keanggotaan gym, atau bahkan operasi kosmetik untuk meningkatkan daya tarik fisiknya.

Oleh karena itu, mereka fokus pada daya tarik fisik yang dinilai pada usia 15 tahun. Karena uang tidak dapat memengaruhi penampilan remaja seseorang.

Jadi dengan membatasi penilaian daya tarik fisik pada usia remaja, para peneliti cukup yakin bahwa daya tarik fisik berdampak pada mobilitas sosial, dan bukan sebaliknya.

Hasilnya muncul bulan ini di jurnal Social Science Quarterly. Pria tampaknya mendapat keuntungan lebih banyak jika orang menganggap mereka menawan. “Untuk laki-laki, kami mengamati adanya gradien mobilitas sosial dalam hal daya tarik fisik untuk ketiga ukuran mobilitas. Artinya, mereka yang dinilai menawan, memiliki peluang mobilitas lebih tinggi dibandingkan mereka yang dinilai rata-rata,” tulis para peneliti.

Dan dengan setiap langkah menaiki 'tangga daya tarik', laki-laki cenderung meningkatkan keunggulan ini. “Di antara perempuan, gradiennya lebih lemah dalam hal pendidikan antargenerasi dan mobilitas pendapatan, dan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kategori daya tarik fisik terkait mobilitas pekerjaan,” tulis mereka lagi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement