REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amirabdollahian melakukan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Jihad Islam Ziyad Nakhaleh dan Wakil Ketua Hamas Khalil Al-Hayya di Beirut, Lebanon, Rabu (22/11/2023). Mereka bertemu beberapa jam setelah kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan antara Hamas dan Israel diumumkan.
Dalam pertemuan tersebut, Amirabdollahian, Nakhaleh, dan Al-Hayya, membahas perkembangan situasi di Jalur Gaza, termasuk perihal kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan yang baru saja dicapai dengan Israel. “Waktu tidak berpihak pada Israel,” ujar Amirabdollahian ketika menyinggung tentang kemampuan Hamas dan Jihad Islam dalam meladeni pertempuran dengan Israel selama lebih dari enam pekan terhitung sejak 7 Oktober 2023, dilaporkan Anadolu Agency.
Amirabdollahian juga melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati dan Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri. Amirabdollahian mengungkapkan, kunjungannya ke Beirut bertujuan melakukan konsultasi dengan para pejabat tinggi Lebanon mengenai bagaimana memaksimalkan keamanan di kawasan serta bagaimana memulihkan hak-hak warga Palestina. Lebanon diketahui menampung sekitar 489 ribu pengungsi Palestina.
Selain bertempur dengan Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya di Jalur Gaza, Israel turut terlibat konfrontasi dengan kelompok Hizbullah di Lebanon. Sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, Hizbullah secara berkala melancarkan serangan udara ke wilayah Israel. Hizbullah menyatakan dukungannya terhadap perlawanan yang dilakukan Hamas.
Pada Rabu malam lalu, Israel menyerang desa Beit Yahoun di Lebanon selatan. Beberapa sumber Hizbullah mengungkapkan kepada Reuters bahwa lima anggota kelompok mereka terbunuh dalam serangan tersebut. Di antara korban tewas adalah Abbas Raad. Dia merupakan putra tokoh senior Hizbullah sekaligus anggota parlemen Lebanon, Mohammad Raad. Sejak terlibat konfrontasi dengan Israel di wilayah perbatasan yang dimulai pada 8 Oktober 2023, sebanyak 85 anggota Hizbullah telah terbunuh. Sementara itu Hizbullah mengklaim bahwa serangannya telah membunuh atau melukai 120 tentara Israel.
Pada Senin (20/11/2023) lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, Hizbullah terhitung sudah menembakkan 1.000 amunisi ke negaranya. “Sejak awal perang, Hizbullah telah menembakkan lebih dari 1.000 amunisi ke sasaran Israel, tapi (Hizbullah) menderita kerugian yang jauh lebih signifikan,” ujarnya.
Bulan lalu Pemerintah Israel memutuskan mengevakuasi lagi warganya dari 14 kota di dekat perbatasan Lebanon. Langkah itu diambil menyusul meningkatnya konfrontasi Israel dengan kelompok Hizbullah. Israel telah mengevakuasi 43 kota di dekat perbatasan Lebanon.
Israel dan Lebanon terakhir kali terlibat dalam konflik terbuka pada 2006. Kedua negara secara resmi tetap berperang, dengan penjaga perdamaian PBB berpatroli di perbatasan darat. Pada Mei 2000, tentara Israel mengumumkan penarikannya dari sebagian besar wilayah Lebanon selatan setelah dua dekade pendudukan. Namun, Israel masih mempertahankan pendudukannya di wilayah kecil yang diklaim oleh Lebanon. Wilayah tersebut dikenal sebagai Perkebunan Shebaa.