Kamis 23 Nov 2023 21:37 WIB

Hukum Baju Bergambar Menurut Para Ulama Mazhab

Ulama mazhab memberikan pandangan soal hukum baju bergambar.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Pekerja merapikan baju motif batik bergambarkan virus Corona di Batik Komar, Bandung, Jawa Barat, Senin (11/5/2020). Produksi batik bermotif virus Corona tersebut merupakan salah satu bentuk keprihatinan perajin terhadap wabah COVID-19 serta salah satu ekspresi perajin untuk melawan COVID-19 dengan kreativitas
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Pekerja merapikan baju motif batik bergambarkan virus Corona di Batik Komar, Bandung, Jawa Barat, Senin (11/5/2020). Produksi batik bermotif virus Corona tersebut merupakan salah satu bentuk keprihatinan perajin terhadap wabah COVID-19 serta salah satu ekspresi perajin untuk melawan COVID-19 dengan kreativitas

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Para ulama madzhab memiliki pandangan tersendiri dalam menjatuhkan hukum terkait baju bergambar. Apa dan bagaimana hujjah para ulama mazhab terkait baju bergambar?

Ahmad Hilmi dalam buku Tashwir Seni Rupa menjabarkan pandangan para ulama madzhab terkait baju bergambar. Berikut penjabarannya:

Baca Juga

Pertama, Imam Hanafi dan Imam Malik.

Kalangan ulama Hanafiyah dan Malikiyah menganggap makruh memakai pakaian yang bergambar makhluk bernyawa. Baik itu digunakan untuk sholat maupun tidak.

Namun demikian, kemakruhan itu hilang jika baju bergambar itu masih dilapisi baju lagi di atasnya. Bahkan tak masalah jika hendak dipakai untuk sholat.

Kedua, Imam Syafii.

Sedangkan ulama kalangan Syafiiyah menganggapnya boleh namun termasuk perbuatan munkar. Akan tetapi jika memakainya (baju bergambar) berada di bagian yang tidak terhormat, kain bagian bawah misalnya, maka justru dibolehkan.

Ketiga, Imam Hambali.

Dan para ulama dari kalangan Hanabilah terbagi menjadi dua pandangan. Ulama kalangan pertama mengharamkan, sedangkan yang sebagian lagi tidak mengharamkannya. Pendapat yang kedua ini berdasarkan hadits, “Illa roqman fi tsaubin.” Yang artinya, “Kecuali gambar di baju.”

Memajang gambar makhluk yang bernyawa

Ulama dari kalangan Malikiyah memandang bahwa penggunaan gambar pada bidang datar, tidaklah haram. Namun menjadi makruh jika diletakkan pada tempat yang tinggi. Karena ada kesan memuliakan. Dan kemakruhan itu akan hilang jika gambar itu diletakkan di bawah. Seperti dipajang di dinding.

 

 

 

 

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوٰى ثَلٰثَةٍ اِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ اِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَآ اَدْنٰى مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ اَكْثَرَ اِلَّا هُوَ مَعَهُمْ اَيْنَ مَا كَانُوْاۚ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Tidakkah engkau perhatikan, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia pasti ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(QS. Al-Mujadalah ayat 7)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement