Kamis 23 Nov 2023 17:57 WIB

Asosiasi Sebut Fintech Bukan Ancaman Bagi BPR

Alih-alih bersaing, fintech dan BPR justru bisa berkolaborasi.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Fintech (ilustrasi).
Foto: Republika
Fintech (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Budi Gandasoebrata membantah kehadiran industri financial technology (fintech) disebut dapat mengancam keberlangsungan bank perkreditan rakyat (BPR). Alih-alih bersaing, fintech dan BPR justru bisa berkolaborasi.

Budi mengatakan, AFTECH terus mendorong kolaborasi antara perusahaan fintech dan BPR. "Bahkan saat ini sudah ada beberapa perusahaan fintech yang berkolaborasi dengan BPR," kata Budi kepada Republika saat ditemui di acara Indonesia Fintech Summit & Expo 2023, Kamis (23/11/2023).

Baca Juga

Menurut Budi, kolaborasi yang terjalin antara fintech dan BPR dapat mendorong inklusi keuangan di daerah. Kedua lembaga keuangan tersebut dapat saling mendukung karena baik fintech maupun BPR memiliki keunggulannya masing-masing. 

Meski maju dalam hal teknologi, Budi mengatakan, beberapa fintech tidak bisa menjalankan fungsi-fungsi perbankan. Di sisi lain, BPR bisa menjadi sumber pendanaan bagi fintech dalam menyalurkan pembiayaan. Untuk itu, kolaborasi antara kedua belah pihak sangat dibutuhkan. 

"Jadi mau tidak mau mereka harus kerja sama, perbankan dibutuhkan untuk pendanaan, sedangkan fintech dibutuhkan untuk menjangkau konsumen yang lebih luas di daerah," kata Budi.

Hingga akhir tahun ini, tercatat sebanyak tiga BPR yang mengalami kebangkrutan. Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda melihat fenomena tersebut terjadi karena adanya persaingan yang harus dihadapi BPR.

Dia menjelaskan, saat ini persaingan untuk bisnis pembiayaan untuk usaha kecil ke bawah semakin ketat. Hal tersebut diperparah dengan masuknya beberapa jenis pembiayaan dalam beberapa tahun terakhir. 

"Ini termasuk dengan adanya pinjaman online (pinjol) lembaga keuangan mikro, hingga pembiayaan multifinance," ujar Nailul.

Terlebih, Nailul menilai pembiayaan tersebut juga menggunakan teknologi untuk lebih banyak menjaring debitur. Hal tersebut menurutnya sangat berdampak kepada persaingan yang harus dihadapi BPR.

"Akibatnya BPR kalah bersaing dalam hal teknologi. BPR juga mempunyai keterbatasan dalam wilayah penyaluran sehingga bisa mencapai titik maksimum tertentu. Sedangkan yang lainnya tidak dibatasi oleh wilayah pelayanan," kata Nailul.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement