Kamis 23 Nov 2023 18:12 WIB

Indonesia-Australia Garap Kendaraan Listrik, Erick Sebut Manfaatnya

Indonesia-Australia punya sumber daya mineral untuk kendaraan listrik global.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Ad Interim Erick Thohir dan Menteri Industri dan Sains Australia Edham Nurredin Ed Husic menandatangani nota kesepahaman atau Mou pembentukan mekanisme bilateral kolaborasi memajukan kendaraan listrik Indonesia-Australia di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Foto: Republika/ Muhammad Nursyamsi
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Ad Interim Erick Thohir dan Menteri Industri dan Sains Australia Edham Nurredin Ed Husic menandatangani nota kesepahaman atau Mou pembentukan mekanisme bilateral kolaborasi memajukan kendaraan listrik Indonesia-Australia di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (23/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Ad Interim Erick Thohir mengatakan kerja sama pengembangan kendaraan listrik dengan Australia menjadi langkah maju dalam memajukan pertumbuhan ekonomi regional. Erick menyampaikan Indonesia dan Australia memiliki sumber daya mineral untuk pemain kunci dalam rantai pasokan kendaraan listrik global.

"Kita punya kesepakatan, ini kesempatan besar di regional, ekonomi kita menjadi salah satu pertumbuhan ekonomi ekonomi yang tinggi," ujar Erick saat menandatangani nota kesepahaman atau Mou pembentukan mekanisme bilateral kolaborasi memajukan kendaraan listrik Indonesia-Australia di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (23/11/2023).

Baca Juga

Erick mengatakan kerja sama yang saling menguntungkan dan melengkapi antarkedua negara ini akan mendorong efisiensi dalam pengembangan kendaraan listrik. Erick mencontohkan 90 persen baterai mobil listrik yang bisa didaur ulang akan meningkatkan penetrasi di pasar. 

Erick menyebut kolaborasi dalam menciptakan hilirisasi industri berdampak baik bagi stabilitas pertumbuhan ekonomi dan memastikan lapangan pekerjaan. Erick menilai saat ini momentum yang tepat bagi Indonesia untuk menjadi pemain rantai pasok kendaraan listrik di kancah global. 

"Kita harus benar-benar bisa monetize sehingga momentum ini tidak terlewatkan, jadi yang kita sepakati kerja sama tidak hanya dari hulu, bisa jadi sampai hilir, tergantung nanti win-win yang bisa saling menguntungkan," ucap Erick. 

Selain kendaraan listrik, Erick menyebut potensi kerja sama lain dengan Australia pun terbuka. Salah satunya terkait energi hijau. 

"Australia kuat panel solar, kita juga sedang terus investasi di solar panel, kita juga sedang investasi di hydro, karena ke depan yang namanya hilirisasi ke depan bisa distorage juga kayak baterai," kata Erick. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement