REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Kepolisian Jerman menggelar operasi penggerebekan nasional untuk menangkap tersangka anggota dan simpatisan Hamas. Operasi itu turut membidik para pendukung kelompok Samidoun (Jaringan Solidaritas Tahanan Palestina).
Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser mengatakan, operasi penggerebekan yang dilakukan kepolisian Jerman merupakan tindak lanjut dari keputusan pelarangan Hamas dan Samidoun di negara tersebut awal bulan ini. Faeser menambahkan, otoritas Jerman kini membidik kegiatan propaganda dan penggalangan dana oleh kedua kelompok tersebut.
“Dengan pelarangan terhadap Hamas dan Samidoun di Jerman, kami telah mengirimkan sinyal yang jelas bahwa kami tidak akan menoleransi pemuliaan atau dukungan apa pun terhadap teror barbar Hamas terhadap Israel,” ujar Faeser, Kamis (23/11/2023), dikutip Anadolu Agency.
Dalam operasinya, kepolisian Jerman menggerebek 15 properti di lima negara bagian. Dari tindakan tersebut, dihimpun bukti-bukti terkait aktivitas Hamas dan Samidoun. Menurut Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Jerman, Hamas memiliki sekitar 450 anggota di Jerman. Kemendagri Jerman menyebut, aktivitas mereka sebagian besar terfokus pada propaganda dan penggalangan dana.
“Anggota dan pendukung Hamas di Jerman juga berusaha mempengaruhi wacana politik dan sosial. Tidak ada tindakan kekerasan yang dilakukan Hamas di Jerman hingga saat ini,” kata Kemendagri Jerman.
Sejak pecahnya pertempuran di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, Jerman telah berpihak pada Israel. Berlin turut menggaungkan narasi self defense yang dicetuskan Israel sebagai justifikasi atas agresi brutalnya ke Gaza. Jerman mengakui tanggung jawab historis atas keamanan Israel. Hal itu sebagai bentuk “penebusan” atas kejahatan yang dilakukan Nazi Jerman terhadap orang-orang Yahudi selama era Perang Dunia II.
Namun para kritikus telah mengkritik sikap Pemerintah Jerman yang secara buta mendukung seluruh kebijakan kontroversial Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Berlin dianggap menutup mata atas kejahatan perang yang dilakukan militer Israel di Gaza.
Sejauh ini jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat serangan Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah melampaui 14.500 jiwa. Mereka termasuk 6.000 anak-anak dan 4.000 perempuan. Sementara korban luka mencapai sekitar 33 ribu orang.