Kamis 23 Nov 2023 21:10 WIB

Ahli Sebut Demam Berdarah Sebagai Penyakit Toksik dan Berbahaya

Nyamuk Aedes aegypti menggigit di pagi dan sore hari dan hidup selama 45 hari.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengamati pupa jantan nyamuk Aedes aegypti yang hendak dimandulkan di Jakarta, Jumat (10/11/2023). Teknik Serangga Mandul (TSM) yang memanfaatkan radiasi gamma Cobalt-60 digunakan untuk memandulkan nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD), sehingga menekan populasi nyamuk DBD di alam liar.
Foto: Antara/ Ahmad Muzdaffar Fauzan
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengamati pupa jantan nyamuk Aedes aegypti yang hendak dimandulkan di Jakarta, Jumat (10/11/2023). Teknik Serangga Mandul (TSM) yang memanfaatkan radiasi gamma Cobalt-60 digunakan untuk memandulkan nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD), sehingga menekan populasi nyamuk DBD di alam liar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Budi Haryanto mengatakan demam berdarah adalah penyakit yang virulen, atau sangat toksik dan berbahaya.

"Demam berdarah adalah penyakit yang virulen, atau sangat toksik dan berbahaya, sehingga penyakit tersebut dapat menembus imunitas tubuh," ujar Budi saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Kamis (23/11/2023).

Baca Juga

Budi menjelaskan bahwa nyamuk jenis Aedes aegypti dewasa yang membawa penyakit demam berdarah, biasanya menggigit di pagi dan sore hari dan hidup selama 45 hari.

"Nyamuk betinanya menggigit orang tiga hari sekali. Nah, kalau menggigit orang tiga hari sekali, berarti 15 kali dia punya kesempatan, kalau dari awal dia dewasa terus kemudian dia sudah menggigit penderita yang bawa virus ya, maka dia bisa maksimal 15 kali menularkan ke orang lain gitu," Budi menjelaskan.

Lebih lanjut Budi mengatakan, ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah demam berdarah, salah satunya adalah dengan memutus mata rantai penyebaran demam berdarah melalui fogging atau pengasapan. Sementara untuk mencegah gigitan nyamuk, masyarakat dapat menggunakan repellant atau obat anti gigitan serangga serta memasang kelambu di tempat tidur bila memungkinkan.

Selain itu, bila dalam 24 jam setelah seseorang dinyatakan positif demam berdarah, rumah sakit harus menghubungi pusat kesehatan masyarakat terdekat dari lokasi rumah penderita untuk kemudian dilakukan penyelidikan epidemiologi.

Petugas didatangkan untuk melakukan survei ke tetangga yang tinggal di sekitar penderita, sebanyak 20 rumah atau 100 meter radius dari rumah penderita tersebut, untuk mencari tahu apakah ada yang mengalami gejala-gejala seperti demam berdarah.

"Nah kenapa 100 meter, karena jarak terbang nyamuk itu 70 meter kalau garis lurus. Itu kalau jaman dulu sebenarnya, Kalau sekarang sudah lebih dari 100 meter," dia menjelaskan.

Apabila ditemukan tiga atau lebih orang-orang dengan gejala seperti itu, maka penyemprotan insektisida, atau fogging, perlu dilakukan. Dia mengatakan, fogging bertujuan untuk memusnahkan nyamuk dewasa sebelum melakukan siklus pengigitan atau makannya yang tiga hari sekali itu.

Budi juga menyarankan apabila menderita demam berdarah, penderita dianjurkan untuk menuntaskan perawatan di rumah sakit supaya mendapatkan nutrisi cukup sehingga durasi demam berdarah yang diderita dapat berkurang.

"Dengan vitamin dan sebagainya itu dia bisa mengurangi, karena daya tahan tubuhnya, mungkin hanya tujuh hari saja dia sakit gitu. Mungkin hanya lima hari saja dia sakit," kata Budi.

Budi menilai, perlu ada edukasi, termasuk dari media, yang diberikan kepada masyarakat agar dapat mengenali gejala demam berdarah serta melakukan respon cepat terhadap penemuan demam berdarah, seperti cara melakukan penyelidikan epidemiologis dan fogging yang benar.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement