Jumat 24 Nov 2023 07:54 WIB

Warga Gaza: Kami tak Diberi Kesempatan Menangis

Kami ingin berduka atas kehilangan mereka

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Gencatan senjata ini menjadi kesempatan pertama bagi ribuan keluarga untuk akhirnya berduka atas kehilangan orang-orang tercinta
Foto: AP Photo/Mohammed Dahman
Gencatan senjata ini menjadi kesempatan pertama bagi ribuan keluarga untuk akhirnya berduka atas kehilangan orang-orang tercinta

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata empat hari. Gencatan senjata ini menandai terobosan diplomatik besar pertama sejak pertempuran dimulai lebih dari enam minggu lalu.

Gencatan senjata ini menjadi kesempatan pertama bagi ribuan keluarga untuk akhirnya berduka atas kehilangan orang-orang tercinta mereka dalam pengeboman tersebut. Sementara warga lainnya berharap jeda pertempuran memungkinkan mereka mencari kerabat dan teman yang hilang. Khaled Loz mengatakan, rumah keluarga ibunya di Kota Gaza dibom.

Baca Juga

“Saya tidak tahu siapa yang tersisa dari mereka, dan saya tidak tahu siapa yang syahid. Saya ingin mencari paman saya. Di mana mereka, ke mana mereka melarikan diri?" ujar Loz.

“Kami ingin berduka atas kehilangan mereka. Mereka (Israel) tidak memberi kami kesempatan untuk mengungkapkan perasaan kami, bahkan untuk menangisi teman-teman kami," kata Loz.

Menurut Hamas, gencatan senjata akan memungkinkan pergerakan bebas orang-orang dari utara Gaza ke selatan di sepanjang Jalan Salah al-Din, jalan raya utama wilayah tersebut. Namun tidak ada jaminan pergerakan ke arah utara, yang merupakan basis Kota Gaza, sehingga tidak diketahui apakah orang-orang seperti Loz yang ingin mencari kerabatnya yang hilang di utara akan dapat menuju ke sana.

Etaf Hussien Musataf al-Jamalan, ayah dari lima anak, mengungsi dari Sheikh Radwan, sebuah distrik di Kota Gaza. Dia berharap bisa kembali untuk memeriksa rumahnya selama jeda pertempuran. Al-Jamalan mengatakan, dia memiliki perasaan campur aduk tentang gencatan senjata tersebut.

“Kami ingin memeriksa rumah kami. Mungkin mengambil beberapa perbekalan atau apa pun,” kata al-Jamalan.

Al-Jamalan menambahkan, dia sedih karena ketentuan gencatan senjata mungkin tidak mengizinkan hal itu. Dia tidak tahu apakah rumahnya masih berdiri. Namun dia lebih memilih untuk tinggal di tenda di lingkungan rumahnya daripada tinggal di tenda pengungsi.

Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Qatar, pejuang Palestina akan membebaskan 50 perempuan dan anak-anak yang diculik dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober. Serangan Hamas yang mengejutkan tersebut dianggap dengan serangan udara dan darat yang dilakukan Israel di Gaza. Serangan Israel telah menyebabkan 14.100 warga Palestina terbunuh, sebagian besar wanita dan anak-anak.

Gencatan senjata ini menawarkan kepada warga Gaza prospek jeda yang sangat diinginkan, meskipun singkat. Sumber dari Hamas dan Jihad Islam sebelumnya mengatakan, gencatan senjata akan mencakup gencatan senjata total di lapangan dan penghentian operasi udara Israel di Gaza selatan.

Beberapa poin dalam kesepakatan gencatan senjata adalah enghentikan semua lalu lintas udara Israel di utara Gaza selama enam jam sehari, dari pukul 10.00 hingga 16.00. Selama periode gencatan senjata, Israel harus berkomitmen tidak menyerang atau menangkap warga Palestina di Jalur Gaza. Israel juga harus menjamin kebebasan bergerak warga Palestina dari utara ke selatan Gaza, di sepanjang Jalan Salah El-Din.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement