REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyamakan upaya menyingkirkan Hamas dari Gaza dengan perjuangan Sekutu melawan Nazi Jerman. Hal ini ia sampaikan saat bertemu dengan Perdana Menteri Spanyol dan Belgia, Pedro Sanchez dan Alexander De Croo di Yerusalem.
"Di sinilah poros sejarah sekarang akan ditentukan. Apakah kita menghentikan mereka di sana? Ataukah mereka yang mendatangi Anda?" kata Netanyahu seperti dikutip Jerusalem Post, Kamis (23/11/2023).
Ia membuat analogi dengan Nazi Jerman, ketika ia bertanya apakah Sekutu dapat menghancurkan Adolf Hitler jika mereka menahan tembakan mereka untuk mengurangi jumlah korban jiwa dari warga sipil.
"Saya tidak tahu bagaimana jadinya sejarah jika ada demonstrasi dan protes di Barat terhadap Sekutu yang menyebabkan jatuhnya korban sipil, warga sipil Jerman. Saya tahu sejarah akan sangat berbeda," katanya.
Netanyau mengatakan Dunia Barat harus berhenti menetapkan standar yang mustahil bagi Israel yang tidak berlaku bagi siapa pun dalam memerangi terorisme.
"Kami berusaha untuk meminimalisir korban sipil, dan Hamas berusaha untuk memaksimalkannya. Dan saya sangat mendesak Anda untuk membuat perbedaan itu, bukan hanya karena itu benar dan adil, tetapi karena masyarakat Anda berada di ujung tanduk. Anda adalah yang berikutnya," katanya.
Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron, yang negaranya sangat mendukung Israel, menyempatkan diri berkunjung ke Kibbutz Be'eri bersama Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen. Sekitar 100 anggota komunitas itu tewas dalam serangan mendadak 7 Oktober lalu Hamas lalu.
"Saya tidak akan melupakan apa yang saya lihat. Hal itu memberikan kesan yang sangat mendalam," kata Cameron kepada Presiden Israel Isaac Herzog.
"Anda mendapat dukungan kami. Kami berdiri bersama rakyat Israel pada saat yang sulit ini," katanya.
Ia mencatat beberapa korban jiwa dan tawan yang disandera memiliki kewarganegaraan Inggris. Namun, ia juga berbicara tentang pentingnya menghentikan perang untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina, dan menjelaskan negaranya ingin membantu upaya tersebut.
"Orang-orang itu membutuhkan makanan, mereka membutuhkan air, mereka membutuhkan obat-obatan. Saya pikir sangat penting bagi kami untuk menunjukkan kepada rakyat Palestina, kepada dunia, bahwa kami ingin membantu."