Jumat 24 Nov 2023 09:03 WIB

Netanyahu: PBB Harus Dirikan Ribuan Tenda Untuk Rakyat Palestina di Gaza

Lebih dari 1,6 juta dari 2,7 juta warga Palestina di Gaza mengungsi ke bagian selatan

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza mengantri untuk mendapatkan air di kamp pengungsian PBB di kota selatan Khan Younis, Jalur Gaza, Ahad, (19/11/2023).
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza mengantri untuk mendapatkan air di kamp pengungsian PBB di kota selatan Khan Younis, Jalur Gaza, Ahad, (19/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM --  Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan PBB harus berbuat lebih banyak untuk membantu warga Palestina di Gaza yang telah melarikan diri dari pemboman IDF dengan membangun puluhan ribu tenda di zona aman.

"Saya belum melihat upaya yang ingin saya lihat dari PBB dan badan-badan internasional untuk membangun tempat penampungan di sana (di Gaza)," katanya, seperti dikutip Jerusalem Post, Kamis (24/11/2023).

Baca Juga

"Musim dingin akan datang dan tidak ada alasan untuk tidak mendirikan puluhan ribu tenda di zona aman atau di sebelah zona aman," katanya.

Ia berbicara pada hari ke-49 perang Gaza, yang dipicu serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu. Israel mengklaim dalam serangan itu Hamas menewaskan lebih dari 1.200 warga sipil dan menculik sekitar 240 sandera.

Operasi militer Israel untuk mengusir Hamas dari Gaza menyebabkan lebih dari 1,6 juta dari 2,7 juta warga Palestina di Gaza mengungsi ke bagian selatan daerah kantong tersebut, yang diapit Israel dan Mesir.

Netanyahu dan PBB telah berselisih, karena ia mendesak PBB untuk beroperasi di zona aman yang diciptakan IDF untuk warga Palestina di selatan, sementara PBB tidak mau menganggap daerah-daerah tersebut sebagai tempat perlindungan resmi.

"Mengejutkan," katanya, PBB tidak "memasuki zona aman."

Netanyahu mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Spanyol dan Belgia, Pedro Sanchez dan Alexander De Croo di Yerusalem. Dia bertemu secara terpisah dengan Menteri Luar Negeri Inggris yang baru saja dilantik, David Cameron.

Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, ia menyampaikan alasannya untuk melanjutkan kampanye militer Israel di Gaza untuk mengusir Hamas, terutama masuknya Israel ke rumah sakit-rumah sakit di daerah kantong di mana kelompok teroris tersebut memiliki infrastruktur dan persenjataan.

"Kami menghadapi musuh yang aneh, musuh yang sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan," kata Netanyahu, setelah ia menunjukkan rekaman video Sanchez dan De Croo dari serangan 7 Oktober.

Hamas mengatakan lebih dari 14.000 warga Palestina terbunuh dalam kekerasan terkait perang. Otoritas Palestina menuduh Israel melakukan genosida.

Komunitas internasional, termasuk Eropa,  mendesak Israel untuk mengambil langkah-langkah yang memungkinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan untuk mencapai Gaza dan mengurangi jumlah korban. Mereka juga menyerukan jeda dalam perang, jika bukan gencatan senjata.

Kepada rekan-rekannya dari Spanyol dan Belgia, Netanyahu mengatakan Hamas adalah "genosida". Ia mengatakan Hamas "tidak berjuang untuk wilayah ini atau itu; mereka berjuang untuk menghapuskan negara Yahudi di wilayah mana pun. Mereka mengatakan demikian."

"Piagam mereka mengatakan jika Anda menemukan semak-semak dan ada orang Yahudi yang bersembunyi di baliknya, bunuhlah orang Yahudi itu. Bunuh semua orang Yahudi," katanya.

Namun Israel dan orang-orang Yahudi bukanlah satu-satunya target mereka, katanya.

"Mereka adalah bagian dari poros terorisme: Iran, Hizbullah, Hamas, Houthi" yang membenci "peradaban kita yang bebas. Mereka ingin menguburnya. Mereka memiliki ideologi yang gila." 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement