Jumat 24 Nov 2023 16:34 WIB

Sri Mulyani Prediksi Hibah ke Luar Negeri Capai Rp 307,25 Miliar, Termasuk ke Palestina

Muncul sederet risiko yang bisa mengancam perekonomian banyak negara.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan pemaparan dalam konferensi pers APBN KiTa edisi September 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (20/9/2023).
Foto: ANTARA/Imamatul Silfia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan pemaparan dalam konferensi pers APBN KiTa edisi September 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (20/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memprediksi hibah ke luar negeri sebesar Rp 307,25 miliar.  Adapun hibah ini disebarkan ke berbagai benua antara lain Asia sebesar Rp 21,4 miliar, Pasifik sebesar Rp 34,42 miliar, Afrika sebesar Rp 54 miliar, Amerika Latin dan Karibia sebesar Rp 4,67 miliar, dan global fund sebesar Rp 23,45 miliar.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bantuan ini ditujukan untuk membantu negara-negara di dunia yang mengalami bencana.

"Termasuk kemarin pemberian bantuan kemanusiaan ke Palestina, kita berikan juga Afghanistan dan pemberian vaksin kepada Nigeria," ujarnya saat konferensi pers APBN KiTA, Jumat (24/11/2023).

Indonesia memberikan bantuan kemanusian di Nigeria sebesar Rp 30,32 miliar dukungan vaksinasi, bantuan bahan pangan dan emergency food di Ethiopia, Kenya, dan Turki sebesar Rp 20 miliar, serta revitalisasi pertanian di Gambia sebesar Rp 4,07 miliar.

Sri Mulyani pun bercerita pasca pertemuan menteri keuangan negara anggota Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di San Fransisco, Amerika Serikat pada pekan lalu. Dalam pertemuan tersebut, muncul sederet risiko yang bisa mengancam perekonomian banyak negara termasuk Indonesia.

"Di AS masih mengalami tekanan inflasi sehingga suku bunga higher for longer masih berlangsung sampai 2024 sedangkan ekonomi Cina melemah masih, sehingga ketidakpastian. Ini akan mewarnai kondisi perekonomian regional dan global," ucapnya.

Ketegangan geopolitik juga turut menjadi pembahasan antara lain pecahnya perang Israel dan Hamas beberapa waktu lalu serta Rusia dan Ukraina yang belum berakhir hingga sekarang. Hal ini akan berpengaruh terhadap rantai pasok dunia.

Hal lain, kata Sri Mulyani yakni pembiayaan keberlanjutan untuk mendukung transisi energi mengingat perubahan iklim yang menyiksa banyak negara.

"Kita harus jaga APBN sebagai instrumen yang selalu diandalkan untuk menghadapi berbagai tekanan komitmen jaga APBN sangat penting karena ini tools yang jadi kondisi powerful address isu-isu pembangunan," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement