Jumat 24 Nov 2023 17:36 WIB

Menkeu: Inggris dan Jerman Terancam Resesi Akibat Situasi Ekonomi Global

Suku bunga yang tinggi juga terjadi di Amerika Serikat.

Rep: Novita Intan/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Menteri Keuangan Sri Mulyani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut, situasi ekonomi global menjelang akhir 2023 semakin dipenuhi ketidakpastian. Bahkan diprediksi Inggris dan Jerman terancam mengalami resesi. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan ekonomi dunia masih dibayangi ketidakpastian yang tinggi, sejalan dengan negara maju yang mengalami tekanan. 

“Ekonomi Eropa masih dibayangi perang Ukraina dan inflasi tinggi. Ini menyebabkan dampak kenaikan suku bunga tinggi. Kondisi ini menyebabkan negara-negara Eropa, seperti Jerman dan Inggris, terancam resesi,” ujarnya saat konferensi pers APBN KiTA, Jumat (24/11/2023).

Baca Juga

Sri Mulyani menyebut suku bunga yang tinggi juga terjadi di Amerika Serikat. Tingginya suku bunga di negara tersebut menyebabkan biaya pinjaman naik dan menekan banyak negara termasuk China dan Eropa ekonominya sedang tidak baik-baik saja.

Menurutnya, suku bunga moneter yang tinggi di negara maju, terutama Amerika Serikat, menyebabkan biaya pinjaman melesat dan menekan banyak negara. 

"Suku bunga yang tinggi menciptakan higher cost of fund suku bunga yang higher for longer sebabkan tingginya cost of fund biaya pinjam dari seluruh negara," ucapnya.

Dari sisi lain, imbal hasil US Treasury atau obligasi Amerika Serikat juga mengalami dinamika yang sangat tinggi. Bahkan pada Oktober yang lalu US Treasury mencapai lima persen.

"Ini pertama kali sejak 2007. Ini yang menyebabkan terjadinya capital outflow berbagai negara. Indeks dolar menguat menimbulkan implikasi ke seluruh negara dunia," ucapnya.

Sementara itu, ekonomi China masih di dalam kondisi melemah. Pelemahan China ini diproyeksi bersifat jangka panjang karena menyangkut faktor struktural.

"Masalah aging sektor properti pinjaman dari pemerintah daerah di perekonomian RRT yang menyebabkan beban cukup tinggi sehingga pemulihan ekonomi tidak jalan cepat," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement