Jumat 24 Nov 2023 21:58 WIB

Suntik Insulin pada Pasien Diabetes Anak tak Sebabkan Komplikasi

Menurut dokter, orang tua tak perlu memusuhi insulin.

Red: Qommarria Rostanti
Pasien diabetes mengukur kadar gula darah (ilustrasi). Menurut dokter, suntik insulin pada pasien diabetes anak tidak menyebabkan komplikasi.
Foto: Pixabay
Pasien diabetes mengukur kadar gula darah (ilustrasi). Menurut dokter, suntik insulin pada pasien diabetes anak tidak menyebabkan komplikasi.

 

 

Baca Juga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Divisi Endrokrinologi Anak KSM Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM dr Frida Soesanti menyatakan terapi suntik insulin pada anak penderita diabetes tipe satu tidak akan menyebabkan komplikasi meskipun diberikan seumur hidup.

"Apakah yang menyebabkan komplikasi itu insulinnya? Bukan. Yang menyebabkan komplikasi, yang jahat itu bukan insulinnya karena kita butuh insulin. Yang jahat gulanya, yang merusak ke mana-mana (ke bagian tubuh yang lain) adalah gulanya," kata Frida dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat (24/11/2023).

Frida mengingatkan orang tua seharusnya tidak perlu memusuhi insulin. Pada anak yang menderita diabetes tipe satu, suntik insulin justru sangat dibutuhkan untuk menggantikan insulin yang tidak bisa dihasilkan oleh tubuhnya.

Dia menjelaskan, komplikasi sebetulnya disebabkan karena kondisi gula darah tidak terkontrol dan bukan disebabkan efek samping dari suntik insulin. Terapi tersebut harus dilakukan rutin untuk mencegah komplikasi jangka pendek yang kritis seperti sesak, kejang, hingga penurunan kesadaran.

"Tapi kalau suntik insulin kebanyakan, bisa hipoglikemi. Tapi (kondisi) itu jarang, apalagi di pasien-pasien kami," kata dia.

Frida mengatakan, diabetes tipe satu merupakan jenis penyakit gula darah yang banyak dialami oleh anak-anak karena faktor genetik. Pada kondisi tersebut, tubuh tidak mampu menghasilkan insulin dalam jumlah cukup sehingga kadar gula darah naik dari batas normal.

Meski tipe satu banyak dialami anak, Frida tidak memungkiri bahwa diabetes tipe dua juga bisa terjadi pada anak dan remaja apalagi saat ini banyak yang terjebak dalam gaya hidup sendentary atau tidak banyak bergerak.

Frida mengatakan, orang tua memiliki tugas untuk mengajarkan kebiasaan yang baik dalam pola makan sehat dan porsi seimbang. Upaya tersebut juga perlu diselaraskan dengan membangun kebiasaan olahraga rutin guna mencegah obesitas.

"Jadi, makannya mesti diatur. Yang tadinya kebanyakan, itu dikurangi. Kemudian olahraga juga mesti ditambahkan. Yang tadinya hanya diam saja, hanya nonton televisi atau main media sosial segala macam, itu dikurangi. Buatlah anaknya bergerak. Buatlah kebiasaan yang menyebabkan dia harus bergerak," kata Frida.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement