REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebanyak 35 penerima beasiswa ASFA yang studi di Al Azhar Kairo Mesir sudah menyelesaikan studi strata satu hingga tiga. Mereka akan kembali ke lembaga pendidikan asal masing-masing di Tanah Air untuk mengembangkan SDM dan kualitas pendidikan di sana.
Rektor Universitas Al Azhar Prof Salamah Dawud dalam pengarahannya berpesan kepada mereka untuk terus berpegang teguh pada nilai-nilai Al Azhar yang wasaty. “Kalian harus ikhlas berdakwah, berkata, dan berbuat kebaikan, serta istikamah memperdalam ilmu pengetahuan,” katanya dalam acara Pengarahan dan Pembinaan Penerima Beasiswa Lazis ASFA di Al Azhar Kairo Mesir beberapa waktu lalu.
Prof Dawud menjelaskan, bahwa ilmu yang yang sudah didapat akan menjadi bekal berkontribusi dakwah di masyarakat. “Tidak mudah mengeluarkan fatwa, karena berfatwa tanpa keilmuan yang mendalam hakikatnya adalah kesesatan,” jelas Dawud.
Di tempat yang sama, Sekjen Majma' Al-Buhuts Al-Islamiyah Prof Nadhir Al-Ayyadh menjelaskan bahwa tidak ada beda antara ilmu agama dan ilmu lainnya, sebagaimana yang diajarkan di Al-Azhar. Keduanya selaras untuk menjadi pegangan dalam berdakwah dengan cara yang bijaksana.
Prof Nahlahpun menambahkan, bahwa alumni Al-Azhar harus mempunyai wawasan dan keilmuan yang mendalam. Al-Azhar dengan reputasinya yang tinggi melahirkan sarjana yang tersebar di berbagai kawasan, membawa nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.
Wakil Ketua Lazis Assalam Fil Alamin (ASFA) KH Anizar Masyhadi menjelaskan, para mahasiswa yang sudah menyelesaikan studinya akan memasuki tahapan khidmah di lembaga masing-masing. Saat ini terdapat 250 mahasiswa-mahasiswi Indonesia yang sedang studi di Universitas Al-Azhar Kairo.
“Secara berkala mereka mengikuti kegiatan pembinaan dan pengarahan dalam berbagai bidang keilmuan, bahasa dan skil lainnya. Mereka adalah kader pesantren dan lembaga pendidikan atau non kader yang setelah selesai masa studi diwajibkan kembali ke pesantren, lembaga pendidikan atau ormas keIslaman,” kata Anizar.
Kewajiban itu merupakan bentuk penguatan lembaga dan percepatan SDM menuju Indonesia Emas 2045. Indonesia emas pada 2045 merupakan kondisi bonus demografi yang menandakan kebanyakan pemegang kebijakan dan decision maker diisi oleh generasi yang usianya 17 hingga 50-an tahun.
Anizar juga menyampaikan apresiasi kepada para muhsinin yang mendonasikan hartanya untuk keberlangsungan program beasiswa. "Semoga mereka diridhai Allah," kata peraih gelar master dari Universitas Suez Canal Mesir ini.
Acara pengarahan dan pembinaan ini juga dihadiri oleh Penasihat Grand Syaikh urusan Mahasiswa Internasional Prof Dr Nahla As-Shoidy, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Prof Bambang Suryadi, Prof Sangidu, Sekjen Asosiasi Sekolah Arab (afiliasi OIC) Dr. Abdul Fattah, Dr Yaman Iswani, dan Dr Maher.
Selain memberikan beasiswa kepada mahasiswa di Al-Azhar Kairo, Lazis ASFA juga memberikan kepada ribuan mahasiswa Indonesia di mancanegara lainnya; Timteng, Asia dan Eropa dan di dalam negeri.