Ahad 26 Nov 2023 14:33 WIB

Warga Gaza Serbu Pasar di Tengah Gencatan Senjata  

Orang-orang mengantre panjang untuk membeli gandum dan kebutuhan pokok lainnya.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Gita Amanda
Sebuah truk yang membawa beras memasuki Gaza di gerbang perlintasan kargo Kerem Shalom dengan Israel, di Rafah, Jalur Gaza selatan, Senin (21/6). Israel melonggarkan beberapa pembatasan di Jalur Gaza karena telah mengancam wilayah yang rapuh saat masa gencatan senjata yang menghentikan perang setelah berlangsung selama 11 hari pada bulan lalu dengan penguasa Hamas di wilayah itu. (AP Photo/Adel Hana)Putra M. Akbar
Foto: AP Photo/Adel Hana
Sebuah truk yang membawa beras memasuki Gaza di gerbang perlintasan kargo Kerem Shalom dengan Israel, di Rafah, Jalur Gaza selatan, Senin (21/6). Israel melonggarkan beberapa pembatasan di Jalur Gaza karena telah mengancam wilayah yang rapuh saat masa gencatan senjata yang menghentikan perang setelah berlangsung selama 11 hari pada bulan lalu dengan penguasa Hamas di wilayah itu. (AP Photo/Adel Hana)Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sejak gencatan senjata berlangsung ribuan orang terlihat berkerumun di sekitar kios dan toko di pasar Nuseirat di Jalur Gaza tengah, untuk mencari pasokan makanan yang sangat dibutuhkan. Di seluruh Jalur Gaza, orang-orang mengantre panjang untuk membeli gandum dan kebutuhan pokok lainnya.

Biro Pusat Statistik Palestina mengatakan, harga makanan dan minuman telah meningkat sebesar 10 persen pada Oktober. Sementara sayuran dan tepung terigu mengalami kenaikan masing-masing sebesar 32 dan 65 persen, serta harga air naik 100 persen.

Baca Juga

Israel telah menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza setelah konflik pecah pada 7 Oktober. Israel juga membatasi pasokan bahan bakar, bahkan toko roti pun tidak aktif karena kekurangan tepung terigu, air dan bahan bakar.  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi-organisasi kemanusiaan telah lama memperingatkan kemungkinan bencana kelaparan dan penyebaran penyakit di Gaza.

PBB mengatakan, gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah memungkinkan mereka untuk meningkatkan pengiriman makanan, air dan obat-obatan dengan volume terbesar. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) pada Sabtu (25/11/2023) telah mengirimkan konvoi 61 truk yang membawa bantuan ke Kota Gaza dan Gaza utara. PRCS mengatakan, pengiriman bantuan pada Sabtu adalah yang terbesar sejak perang dimulai.

"Truk-truk tersebut penuh dengan barang-barang makanan dan non-makanan, air, obat-obatan perawatan kesehatan dasar, dan persediaan medis darurat,” kata pernyataan PRCS, dilaporkan Aljazirah, Sabtu.

Sebanyak 137 truk bantuan memasuki Gaza pada Jumat (24/11/2023) sejak gencatan senjata dimulai. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan 129 ribu liter (34 ribu galon) bahan bakar menyeberang ke Gaza, bersama dengan empat truk yang membawa gas untuk memasak. Ini adalah pengiriman pertama sejak perang meletus pada 7 Oktober.

Lembaga-lembaga bantuan mengatakan, masih diperlukan lebih banyak bantuan untuk membantu 2,3 juta orang yang tinggal di Gaza. Lebih dari 1,7 juta orang kini terpaksa mengungsi di Jalur Gaza, dan banyak di antaranya berlindung di sekolah-sekolah PBB, yang mengalami kepadatan yang parah.

Menurut PBB, 2,2 juta orang membutuhkan bantuan pangan untuk bertahan hidup. Lebih dari 44 ribu kasus diare dan 70 ribu kasus infeksi pernafasan telah dilaporkan.

Biro Pusat Statistik Palestina mengatakan, harga pangan di Gaza meroket pada bulan lalu di tengah pemboman Israel terhadap wilayah tersebut dan pengepungan yang mencekik. Biro tersebut pada Sabtu menyebut lonjakan pada Oktober belum pernah terjadi sebelumnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement