REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Manila mengatakan dua pesawat tempur Cina terlihat "mengitari" pesawat Filipina yang berpartisipasi dalam patroli gabungan dengan Australia di Laut Cina Selatan (LCS). Tapi tidak menimbulkan insiden.
Patroli gabungan militer Filipina dan Australia di LCS memasuki hari kedua. Mereka juga menggelar latihan di zona ekonomi ekslusif Filipina. Latihan ini digelar beberapa hari setelah negara Asia Tenggara itu menggelar latihan bersama dengan Amerika Serikat (AS).
Cina mengklaim seluruh LCS yang merupakan jalur perdagangan dunia, bagian dari wilayahnya. Per tahun perdagangan yang melalui perairan tersebut sekitar 3 triliun dolar AS. Indonesia, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei mengklaim sebagian dari perairan tersebut.
Sementara Filipina meningkatkan upaya dalam apa yang mereka gambarkan sebagai "aktivitas agresif" Cina di LCS. Perairan tersebut juga menjadi titik perselisihan operasi angkatan laut Cina dan AS.
Cina menuduh Filipina telah meminta "pasukan asing" untuk berpatroli di LCS dan menimbulkan masalah.
"Sesuai dengan laporan yang diterima dikonfirmasi dua jet tempur Cina terpantau mengorbit di sekitar Hubo Reef di Laut Filipina Barat," kata kepala kantor urusan publik militer Filipina Xerxes Trinidad, Ahad (26/11/2023).
Manila menggambarkan sebagian wilayah LCS yang termasuk dalam zona ekonomi eksklusifnya sebagai Laut Filipina Barat. Trinidad mengatakan pesawat Cina melanjutkan rute penerbangannya tanpa insiden lebih lanjut.
Kepala militer Filipina Romeo Brawner mengatakan negara itu memiliki hak untuk melakukan patroli bersama dengan sekutu untuk mempromosikan "tatanan internasional berbasis aturan."
Latihan tersebut melibatkan kapal angkatan laut Filipina dan lima pesawat pengintai Filipina, serta kapal fregat Toowoomba dan pesawat pengintai maritim P8-A milik Australia.