REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Dengan anak-anak dan hewan peliharaan di gendongan mereka dan barang-barang mereka dimasukkan ke dalam gerobak keledai atau atap mobil, ribuan pengungsi Gaza memilih kembali pulang ke rumah pada hari Jumat (24/11/2023), ketika gencatan senjata empat dimulai.
Hiruk pikuk perang digantikan klakson kemacetan lalu lintas dan sirene ambulans yang menerobos kerumunan orang yang keluar dari rumah sakit tempat mereka mengungsi.
Selama hampir tujuh minggu, serangan Israel di Jalur Gaza terus berlanjut. Namun pada Jumat pagi, tidak ada lagi tembakan yang terdengar di Khan Yunis, di selatan wilayah Palestina.
Hayat al-Muammar termasuk di antara mereka yang bergegas mengambil kesempatan dari perjanjian gencatan senjata, yang menyatakan bahwa sandera yang disita dari Israel akan dibebaskan dengan imbalan tahanan Palestina.
“Saya akan pulang,” kata pria berusia 50 tahun yang berlindung di sebuah sekolah.
“Kami melarikan diri dari kematian, kehancuran, dan segalanya,” katanya dilansir dari Alarabiya, Jumat (24/11/2023).
“Saya masih tidak mengerti apa yang terjadi pada kami mengapa mereka melakukan ini pada kami?” dia bertanya.
Kehidupan warga Gaza telah berubah drastis sejak Israel terus-menerus membombardir jalur Gaza, sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober.
Pemboman berkelanjutan Israel selama berminggu-minggu telah menyebabkan sekitar 15 ribu orang mati syahid, sekitar dua pertiganya adalah wanita dan anak-anak, kata pemerintah Hamas di Gaza.
Sekitar 1,7 juta dari 2,4 juta penduduk wilayah ini diperkirakan telah mengungsi, kata PBB. Dengan lebih dari separuh rumah rusak atau hancur menurut PBB, warga Gaza tidak yakin apakah mereka masih memiliki tempat tinggal ketika mereka kembali.
Baca juga: Sungai Eufrat Mengering Tanda Kiamat, Bagaimana dengan Gunung Emasnya?
Sambil mencambuk seekor keledai yang menarik gerobaknya, Ahmed Fayad (30), berangkat kembali ke desanya bersama 70 anggota keluarganya yang menurutnya mengungsi di sebuah sekolah.
Seorang pria lanjut usia lewat sambil membawa tas di bahunya, mengatakan bahwa dia merasa cukup aman untuk kembali ke rumahnya, meski berada di dekat perbatasan dengan Israel.
Di sekitar mereka, banyak pria, wanita dan anak-anak berjalan kaki, kereta atau tuk-tuk dengan membawa sedikit barang yang mereka bawa ketika perang dimulai. Seorang wanita menggendong kucingnya di jalanan.