Senin 27 Nov 2023 07:57 WIB

Hamas Bebaskan Seorang Sandera Warga Rusia karena Putin Dukung Palestina

Hamas mengapresiasi Rusia yang mendukung perjuangan Palestina

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Kerumunan warga menyambut bus yang membawa warga Palestina yang dibebaskan oleh Israel, setelah meninggalkan penjara militer Isareli Ofer, di kota Beitonia dekat Ramallah, Tepi Barat, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Kerumunan warga menyambut bus yang membawa warga Palestina yang dibebaskan oleh Israel, setelah meninggalkan penjara militer Isareli Ofer, di kota Beitonia dekat Ramallah, Tepi Barat, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok perlawanan Palestina, Hamas membebaskan seorang warga Rusia dalam kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel salama jeda kemanusiaan, Ahad (26/11/2023). Hamas mengatakan, warga Israel-Rusia yang dibebaskan sebagai tanggapan atas upaya Presiden Rusia Vladimir Putin dan sebagai pengakuan atas posisi Rusia dalam mendukung Palestina.

“Sebagai tanggapan atas upaya Presiden Rusia Putin dan sebagai apresiasi atas posisi Rusia dalam mendukung perjuangan Palestina, kami membebaskan seorang tahanan yang memiliki kewarganegaraan Rusia,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan yang dikutip The Telegraph.

Baca Juga

Warga Israel-Rusia itu bernama Roni Krivoi. Dia diculik oleh Hamas dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023. Kantor berita TASS milik pemerintah Rusia mengutip pernyataan Hamas bahwa sandera telah diserahkan ke Komite Palang Merah Internasional (ICRC).

Hamas menyerahkan 13 tawanan Israel, termasuk sembilan anak-anak dan empat warga negara asing yaitu tiga warga Thailand dan satu warga Israel Rusia kepada (ICRC). Komite Palang Merah Internasional telah memfasilitasi pembebasan dan pemindahan puluhan sandera yang ditahan oleh Hamas dan tahanan Palestina, berdasarkan ketentuan gencatan senjata empat hari antara Hamas dan Israel.

Sementara itu, Israel membebaskan 39 tahanan Palestina dalam pertukaran tahanan gelombang ketiga dengan Hamas. Pertukaran tahanan ini merupakan bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari yang dimulai pada Jumat (24/11/2023).

Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengatakan, seorang gadis Israel-Amerika berusia empat tahun, Abigail Edan, yang orang tuanya terbunuh dalam serangan Hamas 7 Oktober, juga termasuk di antara mereka yang dibebaskan. “Dia bebas dan berada di Israel,” kata Biden.

Biden menambahkan, seorang warga negara Amerika lainnya yaitu seorang wanita berusia 45 tahun juga telah dibebaskan.  Biden juga mendesak semua pihak untuk memperpanjang perjanjian gencatan senjata agar memungkinkan lebih banyak pembebasan.

Pertukaran tawanan tertunda beberapa jam pada Sabtu setelah Hamas menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata.  Kebuntuan ini memicu kekhawatiran bahwa kesepakatan itu berisiko gagal.

Kebuntuan diselesaikan setelah mediasi oleh Qatar dan Mesir. Sekitar 150 tahanan Palestina dan 50 warga sipil yang ditahan di Gaza akan dibebaskan dalam waktu empat hari berdasarkan kesepakatan Israel-Hamas.

Serangan darat dan udara Israel di Jalur Gaza yang terkepung sejauh ini telah membunuh lebih dari 15.000 warga Palestina dan menghancurkan bangunan. Mulai dari rumah, sekolah, rumah sakit, toko roti, gereja, masjid, dan fasilitas publik lainnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement