REPUBLIKA.CO.ID, BURLINGTON -- Tiga pemuda Palestina ditembak di dekat kampus di Vermont, Amerika Serikat. Laporan media menyatakan, insiden itu terjadi pada Sabtu (25/11/2023) malam di dekat kampus Universitas Vermont di Kota Burlington.
Ketiganya diidentifikasi sebagai Hisham Awartani, Kinnan Abdel Hamid, dan Tahseen Ahmed. Mereka adalah mahasiswa di tiga universitas berbeda di Amerika. Menurut Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab (ADC), dua korban berada dalam perawatan intensif di rumah sakit. Sementara satu orang dibolehkan pulang dari rumah sakit pada Ahad (26/11/2023).
“(Kami) sangat tertekan dengan insiden baru-baru ini yang melibatkan tiga lulusan kami,” kata pernyataan Ramallah Friends School di Tepi, tempat ketiga pemuda itu bersekolah, dilaporkan Aljazirah.
“Meskipun kami lega mengetahui mereka masih hidup, kami tetap tidak yakin dengan kondisi mereka. Kami menyampaikan rasa duka dan doa kami kepada mereka dan keluarga mereka agar mereka bisa pulih sepenuhnya, terutama mengingat parahnya cedera mereka, karena Hisham tertembak di punggung, Tahseen di dada, dan Kinnan terluka ringan," kata pernyataan Ramallah Friends School.
Motif di balik serangan itu belum diketahui. Saat dihubungi, polisi Burlington tidak segera menanggapi permintaan informasi lebih lanjut.
ADC mengatakan, mereka telah dihubungi mengenai penembakan tersebut pada Ahad pagi. Mereka memiliki alasan untuk percaya bahwa penembakan tersebut dimotivasi oleh ketiga korban yang merupakan orang Arab.
“Menurut informasi yang diberikan, ketiga korban mengenakan keffiyeh dan berbicara bahasa Arab. Seorang pria berteriak dan melecehkan para korban, lalu mulai menembak mereka,” kata pernyataan ADC.
“Mengingat informasi yang dikumpulkan dan diberikan, jelas bahwa kebencian merupakan faktor pendorong penembakan ini,” kata Direktur ADC, Abed Ayoub.
Ayoub meminta penegak hukum untuk menyelidiki penembakan ini. Karena peningkatan sentimen anti-Arab dan anti-Palestina kali ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ayoub menegaskan, penembakan ini adalah contoh lain dari kebencian yang berubah menjadi kekerasan.
Keluarga dari tiga siswa telah mendesak aparat penegak hukum untuk melakukan penyelidikan menyeluruh atas insiden tersebut, termasuk memperlakukan ini sebagai kejahatan rasial. “Kami tidak akan merasa nyaman sampai penembaknya diadili,” kata keluarga tersebut dalam pernyataan bersama.
“Kita perlu memastikan bahwa anak-anak kita terlindungi, dan kejahatan keji ini tidak terulang kembali. Tidak ada keluarga yang harus menanggung rasa sakit dan penderitaan ini," ujar pernyataan bersama keluarga ketiga pemuda itu.
Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya sentimen anti-Palestina di AS. Politisi Partai Republik dan Demokrat mendukung perang Israel di Gaza meskipun jumlah warga Palestina yang meninggal dunia meningkat, dan tuduhan kejahatan perang semakin meningkat.
Serangan darat dan udara Israel di Jalur Gaza yang terkepung sejauh ini telah membunuh lebih dari 15.000 warga Palestina, dan menyebabkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza hancur. Sekitar 7.000 anak-anak dan wanita meninggal dunia dalam serangan keji tersebut.