Senin 27 Nov 2023 12:41 WIB

Di Depan Tokoh Agama, Jokowi: Tak Masuk di Nalar, Perang Masih Terjadi pada Era Modern

Jokowi mengajak tokoh agama berperan aktif ciptakan perdamaian

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nashih Nashrullah
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan sekaligus membuka R20 International Summit of Religious Authorities (ISORA) di Jakarta, Senin (27/11/2023). Dalam pertemuan pengampu keagamaan internasional tersebut membahas peran agama dalam mengatasi konflik di Timur Tengah dan ancaman terhadap tatanan internasional khususnya mengenai tragedi kemanusiaan di Gaza, Palestina.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan sekaligus membuka R20 International Summit of Religious Authorities (ISORA) di Jakarta, Senin (27/11/2023). Dalam pertemuan pengampu keagamaan internasional tersebut membahas peran agama dalam mengatasi konflik di Timur Tengah dan ancaman terhadap tatanan internasional khususnya mengenai tragedi kemanusiaan di Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai perang yang terjadi pada era modern saat ini tak bisa dinalar lagi. Pembantaian terhadap masyarakat bahkan dilakukan secara terang-terangan.

Hal ini disampaikan Jokowi pada acara peresmian pembukaan R20 International Summit of Religious Authorities di Jakarta, Senin (27/11/2023).

Baca Juga

"Karena sungguh tidak masuk di nalar, sungguh tidak masuk dalam nurani kita di dunia yang super modern sekarang ini masih terjadi perang dan pembantaian secara terang-terangan yang merenggut warga sipil, yang merenggut perempuan dan anak-anak," kata Jokowi.

Jokowi pun menegaskan bahwa tragedi kemanusiaan di Palestina tidak bisa ditoleransi sedikit pun. Karena itu, dia menegaskan perlunya segera melakukan gencatan senjata dan mempercepat penyaluran bantuan kemanusiaan. "Dan perlu diingat damai harus segera dimulai," ujarnya.

Indonesia, kata Jokowi, meyakini bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Bahkan, hal tersebut juga dinyatakan dalam konstitusi Indonesia.

Jokowi menyampaikan, Indonesia memiliki pengalaman panjang dalam merajut keberagaman, menjembatani perbedaan, serta mempersatukan kemajemukan. Indonesia, dia melanjutkan, memiliki penduduk hampir mencapai 280 juta yang terdiri dari 714 suku, lebih dari 1.300 bahasa daerah, dan beragam agama.

"Bukan hal yang mudah untuk mempersatukannya, tapi kita bisa dan kita bersyukur bahwa Indonesia mampu mengikis ego kesukuan, mampu mengikis ego keagamaan, mampu mengiksi ego kedaerahan, sehingga mampu mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika, unity in diverity," ujarnya.

Menurut Jokowi, persatuan di Indonesia tidak akan terwujud jika tak didukung oleh para pemimpin agama yang mengajarkan cinta Tanah Air dan toleransi.

Indonesia pun meyakini peran agama dan juga tokoh agama serta masyarakat dalam menciptakan perdamaian, kerukunan, dan kebersamaan baik di dalam suatu negara, di dalam kawasan maupun dunia.

Baca juga: Tujuh Kerugian Ekonomi Zionis Israel Akibat Agresinya di Jalur Gaza

Karena itu, Jokowi mengapresiasi penyelenggaraan forum ini. Ia mengajak agar dialog lintas agama dan lintas bangsa ini bisa menjembatani perbedaan dan menghentikan pertikaian di dunia.

"Sehingga dunia yang damai, dunia yang rukun, dunia yang sejahtera mampu kita wujudkan bersama," kata dia.  

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement