REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu masalah lingkungan yang terjadi di Indonesia adalah karena kurangnya edukasi. Hal ini terbukti dengan perusakan lingkungan, termasuk oleh generasi muda terjadi akibat ketidaktahuan tentang manfaat atau dampak dari perusakan yang dilakukan.
Seperti dinukil dari Kantor Berita Antara, Senin (27/11/2023), berdasarkan hal tersebut, Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI Unas) bekerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) gencar melakukan roadshow ke beberapa pesantren untuk melakukan edukasi dan sosialisasi lingkungan.
Kegiatan edukasi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang keanekaragaman hayati Indonesia, baik dari sisi keunikan, pelestarian, dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat membentuk para santri yang memiliki jiwa Islami dan berwawasan lingkungan.
Kali ini, PPI UNAS bersama Yayasan kehati dan CIMB Niaga melakukan roadshow dengan mengunjungi Pondok Pesantren Kun Karima Pandeglang, Banten. Selain edukasi secara umum tentang keanekaragaman hayati, topik yang diberikan, yaitu mengenai pentingnya konservasi bambu dan program terkait yang sudah dijalankan oleh CIMB Niaga di beberapa wilayah di Indonesia.
“Kami senang para santri dan pengajar di Pondok Pesantren Kun Karima tertarik mengetahui pentingnya menjaga kelestarian bambu di Indonesia. Semoga para santri dapat terus melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia, termasuk tumbuhan bambu,” ujar Community Development Group CIMB Niaga Susy Hermanses, Senin (27/11/2023).
Upaya konservasi dan pelestarian bambu merupakan salah satu fokus PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) dalam Program Tanggung Jawab Sosial (CSR) di bidang iklim dan lingkungan. Terbaru, CIMB Niaga bersama Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) melanjutkan program konservasi bambu di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan menanam 10 ribu bibit pohon bambu betung di area permanen.
Hingga kini, total bambu yang telah ditanam CIMB Niaga sebanyak 49.400 pohon, tersebar di berbagai wilayah seperti Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kegiatan edukasi di PP Kun Karima diikuti oleh santri dan santriwati setingkat Tsanawiyah dan Aliyah dan juga para pengajar juga staf. Selain edukasi, kegiatan lain yang dilakukan, yaitu penanaman 3 jenis bambu di sekitar pesantren, yaitu bambu betung (Dendrocalamus asper), bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea), dan bambu kuning (Bambusa vulgaris var. striata).
Penanaman bambu di Pondok Pesantren Kun Karima sangat penting. Lahan yang luas membuat bambu bermanfaat untuk menjaga kesehatan ekosistem sekitar. Pesantren Kun Karima memiliki luas 8 hektare yang sekelilingnya dialiri Sungai Ciberang, pohon-pohon lokal, serta dialiri mata air yang bersumber dari Gurung Karang.
“Penanaman ini diharapkan dapat menambah jumlah pepohonan yang ada dan dapat memberikan dampak positif ekologis, yaitu sebagai pengikat tanah dan air, penyerap karbon, penyejuk udara, dan sebagai habitat beberapa satwa yang ada di kawasan pesantren,” kata Susy Hermanses.
Sebelumnya, Biodiversity Warriors Yayasan Kehati bersama beberapa perwakilan santri melakukan pendataan satwa yang ada di sekitar pesantren. Adapun satwa yang berhasil didata, yaitu ular pucuk, bunglon surai, kongkang kolam, ular tambang, katak pohon bergaris, ular kadut belang, bondol jawa, perkutut jawa, bondol peking, burung gereja erasia, burung kutilang, merubah cerukcuk, cencorang, kupu limau kecil, laba jaring bola emas, kupu coklat bercak, laba taman kuning, dan belalang kayu.
Hasil pendataan selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk papan informasi sebagai media pembelajaran bagi santri, keluarga, dan masyarakat yang berkunjung ke pesantren.
“Sebagai lembaga pendidikan, pesantren memiliki potensi yang luar biasa untuk menciptakan agen perubahan lingkungan. Kami berharap Program Ekopesantren dapat meningkatkan kualitas pendidikan Islam dan mewujudkan komunitas pondok pesantren yang hijau, mandiri, dan peduli terhadap lingkungan,” ujar Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan Kehati Rika Anggraini.
Data Kementerian Agama di tahun 2023 mencatat terdapat 36.600 pesantren di seluruh Indonesia dengan jumlah santri aktif sebanyak 3,4 juta orang.
Kegiatan ekopesantren ini merupakan upaya mendukung program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan atau Sekolah Adiwiyata yang dijalankan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sejak diluncurkan tahun 2006 program ini banyak menyasar ke sekolah-sekolah umum, namun tidak ke pesantren, karena eksistensi pesantren yang berada di bawah Kementerian Agama. Rika berharap semakin banyak pesantren yang terlibat dan bekerja sama ke depannya.