Senin 27 Nov 2023 13:32 WIB

Telegram Ogah Hapus Akun Hamas dan Akun Para Pendukung Palestina

Menutup saluran Telegram Hamas dapat memperburuk situasi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Gambar ini diambil dari video yang dirilis oleh brigade Al Qassam di saluran Telegramnya. Telegram menolak untuk menutup akun Hamas atau para pendukungnya
Foto: Al Qassam brigades via AP
Gambar ini diambil dari video yang dirilis oleh brigade Al Qassam di saluran Telegramnya. Telegram menolak untuk menutup akun Hamas atau para pendukungnya

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pendiri Telegram, Pavel Durov menolak untuk menutup saluran Telegram milik kelompok perlawanan Palestina, Hamas. Durov mengatakan, menutup saluran Telegram Hamas dapat memperburuk situasi dalam menerima informasi tentang perkembangan di zona konflik Palestina-Israel.

“Hamas menggunakan Telegram untuk memperingatkan warga sipil di Ashkelon agar meninggalkan wilayah tersebut sebelum serangan rudal mereka terjadi. Apakah menutup saluran mereka akan membantu menyelamatkan nyawa atau malah membahayakan lebih banyak nyawa?” ujar Durov, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS sepekan setelah serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober.

Baca Juga

Durov mengatakan, saluran Telegram hanya menerima konten langganan, sehingga kecil kemungkinannya digunakan untuk propaganda. "Saluran Telegram kecil kemungkinannya dapat digunakan untuk memperkuat propaganda secara signifikan. Sebaliknya, saluran tersebut berfungsi sebagai sumber informasi langsung yang unik bagi para peneliti, jurnalis, dan pemeriksa fakta,” kata Durov.

Durov membela pendirian perusahaannya untuk tidak menghapus akun kelompok Palestina Hamas, dan kelompok lainnya yang mendukung perjuangan Palestina. “Setiap hari, moderator Telegram dan alat AI menghapus jutaan konten yang jelas-jelas berbahaya dari platform publik kami. Namun, mengatasi liputan terkait perang jarang terlihat jelas," ujarnya.

Durov mengatakan, dalam situasi rumit seperti ini memerlukan pertimbangan menyeluruh untuk menunjukkan perbedaan antar platform sosial. Durov menjelaskan, di Telegram, pengguna hanya menerima konten langganan mereka secara spesifik. Oleh karena itu, kecil kemungkinan saluran Telegram dapat digunakan untuk memperkuat propaganda secara signifikan.

Sebaliknya, saluran tersebut berfungsi sebagai saluran untuk sumber informasi langsung bagi para peneliti, jurnalis, dan pemeriksa fakta. “Meskipun mudah bagi kita untuk menghancurkan sumber informasi ini, hal itu berisiko memperburuk situasi yang sudah mengerikan,” kata Durov.

Sejumlah akun Telegram beri kabar terbaru di Gaza...

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement