REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden AS Joe Biden dilaporkan tidak akan menghadiri pertemuan iklim PBB, di tengah perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, demikian menurut seorang pejabat Gedung Putih pada Ahad waktu setempat. KTT Iklim PBB ke-28 yang dikenal juga sebagai Conference of the Parties (COP28) akan digelar di Dubai, Uni Emirat Arab, mulai 30 November.
Pejabat yang tidak mau disebutkan namanya itu tidak memberikan alasan ketidakhadiran sang presiden. Namun, para asisten seniornya mengatakan kepada New York Times bahwa Biden sedang disibukkan oleh konflik mematikan di Gaza dan Israel.
"Ada perang di Timur Tengah dan perang di Ukraina, ada banyak hal yang terjadi," kata John Kerry, utusan khusus Biden untuk perubahan iklim, seperti dilansir New York Post, Senin (27/11/2023).
Kerry dan timnya akan menghadiri pertemuan tersebut menggantikan Biden. Sekitar 200 pemimpin dunia, termasuk Raja Charles III dan Paus Fransiskus, diperkirakan akan hadir dalam COP28 mendatang.
KTT Dubai akan menjadi konferensi iklim PBB pertama yang dilewatkan oleh Biden sejak ia menjadi presiden. Pada 2021, ia terbang ke Glasgow, Skotlandia, negara tuan rumah COP tahun itu, untuk menghadiri acara yang mendunia tersebut. Kala itu, dia juga sempat meminta maaf kepada negara-negara lain atas ketidakikutsertaan AS dalam acara tersebut, ketika pendahulunya, Donald Trump, menarik diri dan mengolok-olok perubahan iklim.
Tahun lalu, Biden juga sempat singgah selama tiga jam di Mesir untuk menghadiri konferensi tersebut. Sebagian besar presiden AS sebelumnya tidak menghadiri konferensi ini setiap tahun, tapi ketidakhadiran Biden kemungkinan besar akan menuai reaksi keras dari para aktivis iklim.
Untuk diketahui, para pejabat yang menghadiri COP28 akan mengkaji dan mendiskusikan posisi mereka dalam membatasi emisi rumah kaca dan suhu pemanasan global. Para ilmuwan meminta dunia untuk mengurangi emisi 43 persen di bawah tingkat emisi tahun 2019 pada 2030 untuk menghindari dampak bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim. Namun, rencana-rencana yang ada saat ini hanya akan mengurangi emisi sebesar 7 persen.