Senin 27 Nov 2023 14:24 WIB

Strategi PTBA Jaga Pendapatan Meski Harga Batu Bara Melorot 

Rata-rata harga batu bara sejak Juli 2023 mengalami penurunan sekitar 30 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
PT Bukit Asam, Tbk (PTBA) menyampaikan terjadi pelemahan harga batu bara hingga berdampak penurunan pendapatan.
Foto: PLN BB Niaga
PT Bukit Asam, Tbk (PTBA) menyampaikan terjadi pelemahan harga batu bara hingga berdampak penurunan pendapatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bukit Asam, Tbk (PTBA) menyampaikan terjadi pelemahan harga batu bara hingga berdampak penurunan pendapatan. Meski demikian, perseroan menyatakan, telah berhasil menekan penurunan pendapatan melalui sejumlah upaya yang dilakukan sepanjang kuartal I-IIII tahun ini. 

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Farida Thamrin, dalam Public Expose Live, Senin (27/11/2023), mengatakan, dibandingkan tahun 2022, rata-rata harga batu bara sejak Juli 2023 mengalami penurunan sekitar 30 persen. Adapun realisasi pendapatan per September 2023 sebesar Rp 27,7 triliun atau turun 11 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. 

Baca Juga

“Ada penurunan pendapatan tapi hanya 11 persen, karena harga jual batu bara turun 30 persen. Harga batu bara kuartal III 2023 memang sangat menantang,” kata Farida. 

Ia menjelaskan, salah satu strategi yang dilakukan perseroan dengan mendongkrak laju ekspor batu bara ke sejumlah negara. PTBA pun mencatat, rata-rata pangsa ekspor hingga kuartal III 2023 telah mengalami kenaikan signifikan. 

“Kita naikkan porsi ekspor kita di tahun 2023, dari sebelumnya sekitar 35-38 persen, ini sudah di atas 40 persen porsi ekspor. Di satu sisi, upaya maksimal (penghematan) cost dari operasi kita lakukan,” ujar Farida. 

Farida mengatakan, perseroan mengharapkan dukungan pemerintah untuk mendukung keberlanjutan industri tambang melalui kebijakan mitra instansi pengelola (MIP), yakni himpunan bank negara yang tengah dibahas antara pemerintah dan DPR saat ini. 

Menjelang pergantian tahun, Farida menyampaikan, harga batu bara diharapkan tidak mengalami koreksi yang lebih besar dari realisasi harga di tahun ini. “Sehingga, kami bisa mengantisipasi dengan berbagai upaya yang ada,”  ujar Farida. 

Sementara itu, Farida menyampaikan, proyek-proyek strategis terus berjalan untuk mendukung kinerja Perusahaan. Efektif mulai 7 Oktober 2023, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel-8 berkapasitas 2x660 Megwatt (MW) telah mencapai status commercial operation date (COD) atau beroperasi secara komersial.

Pembangkit tersebut menerapkan teknologi supercritical steam generator yang efisien dan ramah lingkungan, juga teknologi flue gas desulfurization (FGD) untuk menekan emisi gas buang. 

“Teknologi FGD ini dapat mengurangi sulfur dioksida dari emisi gas buang pembangkit listrik berbahan bakar batu bara,” ujarnya.

Selain itu, PTBA dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI menyepakati kerangka kerja sama pengembangan angkutan batu bara relasi Tanjung Enim Baru – Keramasan pada 12 Oktober 2023 lalu. Kerja sama itu untuk mendukung target perusahaan dalam meningkatkan kapasitas angkutan batu bara jalur kereta api menjadi 52 juta ton per tahun pada 2024.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement