Senin 27 Nov 2023 18:31 WIB

Ketum PBNU: Piagam PBB Kerap Dilanggar Aktor Politik Dunia

Aktor politik dunia dinilai Ketum PBNU kerap melanggar piagam PBB.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Ketum PBNU: Piagam PBB Kerap Dilanggar Aktor Politik Dunia. Foto: Logo PBB (ilustrasi)
Foto: VOA
Ketum PBNU: Piagam PBB Kerap Dilanggar Aktor Politik Dunia. Foto: Logo PBB (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau yang akrab dipanggil Gus Yahya menjelaskan, beberapa abad yang lalu, umat manusia pernah berada di sebuah era, di mana mereka menjadikan agama sebagai dasar dan senjata peperangan adalah hal yang wajar.

Namun, terjadinya perang dunia pertama dan kedua mengantarkan masyarakat pada sebuah konsensus untuk menjaga perdamaian dunia yang ditandatangani di San Fransisco, Amerika Serikat pada 26 Juni 1945 dan disebut Piagam PBB.

Baca Juga

"Namun, pada praktiknya konsensus tersebut (Piagam PBB) seringkali dilanggar oleh para aktor politik dunia demi kepentingan masing-masing," ujar Gus Yahya dalam Pleno II acara R20 ISORA di Hotel Park Hyatt, Jakarta Pusat, Senin (27/11/2023).

Forum R20 ISORA sendiri menjadi wadah untuk memperkuat implementasi konsensus sebagai aturan tatanan dunia yang berdasarkan kesepekatan bersama, bukan hanya saling adu kekuatan.

Lebih lanjut, Gus Yahya mengungkapkan hal yang paling utama dari terselenggaranya forum R20 ISORA ini adalah agar agama tidak lagi menjadi senjata atau dasar terjadinya konflik. Akan tetapi, agama hadir sebagai solusi dari berbagai permasalahan-permasalahan di dunia, terlebih konflik kemanusiaan.

Beberapa hari sebelum R20 ISORA dilaksanakan, terjadi perseteruan antara sekelompok muslim yang membela Palestina dan sekelompok kristen yang membela Israel di Bitung, Sulawesi Utara. Masing-masing kelompok merasa apa yang dilakukannya sebagai hal yang paling benar dan wajib dalam pemahaman mereka atas ajaran agama yang dianut.

Gus Yahya menanggapi hal itu sebagai sebuah tantangan besar yang nyata yang dihadapi saat ini. Menurut dia, dalam mewujudkan langkah perdamaian, umat beragama bukan harus saling ikut marah dan menyakiti kelompok lain yang dianggap tidak sejalan. Hal itu hanya akan menyakiti satu sama lain dan sama sekali tidak memberikan kontribusi apa pun terhadap kelompok yang dibela.

Forum R20 ISORA diharapkan bisa menjadi penguat yang bersumber dari para pemimpin agama atas konsensus yang berlaku untuk disepakati bersama dalam mewujudkan perdamaian dunia.

Gus Yahya juga berharap para agamawan yang hadir bisa menggunakan otoritasnya untuk memobilisasi umat, termasuk para aktor global pemangku kekuasaan, ke arah kesadaran yang nyata untuk segera menghentikan konflik dan mewujudkan perdamaian dunia, terutama yang terjadi di Gaza, Palestina.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement