REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang yang berlangsung di Gaza mendapatkan posisi spesial dalam penyelenggaraan Festival Timur Tengah yang diadakan program studi Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Setiap perwakilan Kedutaan Besar yang hadir di acara tersebut menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.
Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Republika Indonesia (Kemenlu RI) Bagus Hendraning Kobarsyih menyatakan, kegiatan tersebut bertepatan dengan konflik yang meningkat di wilayah Gaza. Kondisi ini memberikan gambaran yang berbeda dan rumit di wilayah Timur Tengah.
"Palestina adalah hati dari keputusan kebijakan luar negeri Indonesia. Kami akan terus dukung kemerdekaan Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya," ujar Bagus ketika menyampaikan pembukaan dalam Festival Timur Tengah pada Senin (27/11/2023).
Sedangkan Diplomat Kuwait untuk Indonesia Abdullah Alfadhli menegaskan posisi Kuwait yang tetap dan tegas terhadap masalah Palestina. "Karena masalah Palestina adalah isu prioritas utama bagi pemerintah dan rakyat Kuwait," ujarnya meminta mengirimkan Al-Fatihah sebelum memulai sambutannya.
Alfadhli mengatakan, sikap tersebut telah berlangsung hingga 60 tahun dan tidak pernah berubah. Kondisi ini pun didukung dengan kesamaan pandangan sikap yang juga dilakukan oleh Indonesia dalam melihat isu Palestina.
Kuwait menegaskan hak negara Palestina merdeka sesuai dengan perjanjian perbatasan pada 1967. "Ini adalah posisi yang berkelanjutan. Pimpinan Kuwait senantiasa patuh terhadap hal ini, posisinya tidak berubah," kata Alfadhli.
Menurut Alfadhli, pemerintahan Kuwait menuntut agar segera menghentikan perang, mengirimkan bantuan kemanusian ke Gaza, dan mencari solusi akhir terhadap masalah Palestina. Tidak lupa, Kuwait pun mendukung Palestina dengan berbagai bantuan yang diperlukan, mulai dari makanan, medis, hingga ambulans dan generator listrik.
Sedangkan Wakil Dubes Palestina untuk Indonesia Muammar Milhem menggambarkan kondisi di Gaza yang luluh lantak akibat serangan tentara Israel. Fasilitas kesehatan, sekolah, bangunan sipil menjadi taget dan memakan ribuan korban jiwa dengan banyak lainnya masih hilang karena terkubur reruntuhan.
"Saya berterima kasih kepada Indonesia karena terus bersama kami. Kita memiliki hubungan baik dari bertahun-tahun lalu," ujar Milhem.