REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Ahad (26/11/2023), bahwa pemerintahnya akan menerima perpanjangan jeda kemanusiaan di Gaza dengan imbalan pembebasan lebih banyak sandera. Hamas pun berupaya untuk memperpanjang jeda kemanusiaan yang akan berakhir pada Senin (27/11/2023).
Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan video yang diterbitkan oleh kantornya. Dia berbicara melalui telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan menyatakan keinginan perpanjangan akan diterima. Namun itu bisa dilakukan imbalan pembebasan 10 sandera untuk setiap hari tambahan jeda tersebut.
Tapi, perdana menteri Israel ini tetap menekankan bahwa setelah jeda kemanusiaan berakhir pasukan militer akan melanjutkan operasi. Israel tetap ingin menghancurkan Hamas.
Sedangkan Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan dikutip dari Anadolu Agency, kelompok itu melakukan upaya serius untuk menjamin pembebasan lebih banyak warga Palestina bahkan setelah jeda berakhir. Sumber Palestina menyatakan, Hamas memberi tahu mediator Qatar dan Mesir bahwa gerakan perlawanan bersedia memperpanjang gencatan senjata saat ini selama dua hingga empat hari.
Selama tiga hari pertama jeda, Hamas membebaskan 40 warga Israel dan 18 warga asing, sementara Israel membebaskan 117 warga Palestina. Jeda kemanusiaan selama empat hari yang dimediasi oleh Qatar, Mesir dan AS mulai berlaku pada 24 November sehingga menghentikan sementara serangan Israel di Jalur Gaza.
Menurut pembacaan panggilan telepon dari Gedung Putih, Biden menyambut baik pembebasan sandera oleh Hamas selama tiga hari terakhir, termasuk gadis asal Amerika berusia empat tahun Avigail Idan. “Kedua pemimpin sepakat untuk tetap melakukan kontak dekat selama beberapa hari mendatang,” kata pernyataan itu.