REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Herry Jogaswara menilai Indonesia dapat mengambil pelajaran dari negara Iran mengenai penerapan sistem manajemen haji yang baik.
"Saya dengar Iran termasuk negara yang memiliki praktik terbaik dalam pengelolaan haji di Timur Tengah. Saya rasa ini merupakan kesempatan baik untuk kita dapat belajar dari apa yang dilakukan Iran dalam penyelenggaraan haji," kata Herry dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (27/11/2023).
Herry menilai sejauh ini Pemerintah Indonesia telah memiliki standar penyelenggaraan ibadah haji termasuk simulasi atau manasik haji dengan standar yang didasarkan pada kajian bersama para pakar. Kendati demikian, Indonesia juga perlu belajar dari negara lain yang menjalankan standar haji seperti Iran.
Herry mengingatkan Indonesia dan Iran memiliki hubungan diplomatik yang kuat sejak lama. Terlebih, baik Indonesia dan Iran termasuk negara yang didominasi oleh populasi penduduk muslim. Keduanya juga memiliki visi yang sama untuk mempromosikan peradaban Islam ke dunia.
Dia mengatakan, peradaban muslim di masa lalu telah mewariskan berbagai karya intelektual yang kaya mulai dari bidang keagamaan, fikih, hadis, hingga sastra. Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat muslim untuk merawat khazanah tersebut.
Beberapa waktu lalu, BRIN telah menandatangani kesepakatan kerja sama dengan dengan Islamic Cultural Center (ICC) untuk riset dan pengembangan di bidang sosial humaniora Nusantara dan Persia. Salah satu proyek kolaboratif yang diwujudkan kedua pihak yaitu diskusi saling bertukar pengalaman manajemen haji di masing-masing negara.
Melalui diskusi yang mempertemukan BRIN dan ICC pada Senin, Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora BRIN Ahmad Najib Burhani mengatakan hal tersebut diharapkan dapat memantik kegiatan riset tentang haji di Indonesia terutama dalam rangka penerapan manajemen haji yang lebih baik lagi di masa mendatang.
Menurut Ahmad, pihaknya bersama Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) telah membahas mengenai rencana penelitian seputar haji termasuk berkaitan dengan sistem data dan manajemen. Namun rencana tersebut belum benar-benar terlaksana.
"Semoga seminar ini dapat lebih memacu terlaksananya rencana penelitian haji di Indonesia, juga belajar dari Iran. Semoga ke depannya kita bisa lebih baik lagi dalam hal pengelolaan haji dan penelitian tentang haji," kata Ahmad.