REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Saudara perempuan dari sandera Thailand yang dibebaskan Hamas, Roongarun Wichanguen, mengakui anggota keluarganya diperlakukan dengan baik. Dia pun ditempatkan di rumah, bukan terowongan yang selama ini diklaim oleh Israel.
“Wajahnya sangat bahagia, dan dia tampak baik-baik saja,” kata saudara dari Vetoon Phoome yang merupakan salah satu dari 10 sandera asal Thailand yang dibebaskan.
Roongarun mengungkapkan kegembiraan dan ketidakpercayaannya bahwa saudaranya akan pulang. Dia sudah mengira bahwa Vetoon telah dibunuh oleh Hamas, tetapi justru saudaranya sangat diperlakukan dengan layak.
"Dia mengatakan bahwa dia tidak disiksa, atau diserang, dan telah diberi makanan yang baik,” kata Wichanguen dalam wawancara video dengan media.
Menurut laporan Japan Times, lebih dari 30 ribu warga negara Thailand bekerja di Israel, sebagian besar sebagai buruh tani, dan merupakan salah satu kelompok pekerja migran terbesar di negara tersebut. Beberapa dari mereka akhirnya menjadi sandera Hamas pada 7 Oktober 2023.
Setelah dibebaskan, menurut Kementerian Luar Negeri Israel, disandera Hamas asal Thailand menjalani pemeriksaan fisik lengkap dan serangkaian tes psikologis. Israel pun melakukan kontak rutin dengan kedutaan besarnya di Thailand, yang terus memberikan informasi terbaru kepada keluarga sandera.
Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan warga Thailand yang dibebaskan berada dalam kondisi sehat dan ingin menghubungi keluarga mereka. “Semua orang aman, secara keseluruhan dalam kondisi kesehatan mental yang baik dan dapat berbicara dengan normal,” tulisnya di media sosial X.
Sekitar selusin sandera dibebaskan hari pertama gencatan senjata pada Jumat (24/11/2023), 17 orang dibebaskan pada Sabtu (25/11/2023), dan 13 sandera dibebaskan pada Ahad (26/11/2023). Hanya perempuan dan anak-anak yang akan dibebaskan, sesuai ketentuan kesepakatan saat ini. Hamas akan mengembalikan sandera ke Israel dan sebagai imbalannya Israel akan membebaskan warga Palestina yang ditahan di penjara.