REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Awal berdirinya Kerajaan Pasai yang juga dikenal sebagai Samudera Darussalam atau Samudera Pasai, belum diketahui secara pasti dan masih menjadi perdebatan para ahli sejarah. Namun, dalam sebuah catatan Rihlah ila I-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) dari Ibnu Batutah dapat ditarik kesimpulan bahwa Kerajaan Samudera Pasai telah menebarkan pengaruhnya di Asia Tenggara sekitar tahun 1297.
Catatan Ibnu Batutah tersebut bertuliskan “Sebuah negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah." Hal itu diungkapkan Ibnu Batutah ketika menggambarkan kekagumannya terhadap keindahan dan kemajuan Kerajaan Samudera Pasai yang sempat disinggahinya selama 15 hari pada tahun 1345.
Sebagaimana diketahui, Kesultanan Turki Usmani atau Kesultanan Usmaniyah pernah menjadi kekuatan utama dunia. Pendiri Kesultanan Turki Usmani adalah Usman Bey (dari suku Turki) pada 1299-1326 Masehi. Saat itu, pemerintahannya masih berbentuk kekaisaran.
Berdasarkan catatan dari Marco Polo, seorang penjelajah asal Venezia (Italia) yang telah mengunjungi Samudera Pasai pada tahun 1292 M. Marco Polo bertandang ke Samudera Pasai saat menjadi pemimpin rombongan yang membawa ratu dari Cina ke Persia. Bersama dua ribu orang pengikutnya, Marco Polo singgah dan menetap selama lima bulan di bumi Serambi Makkah atau Aceh. Perjalanan Marco Polo tersebut dituliskan dalam sebuah buku yang berjudul Travel of Marco Polo.
Dilansir dari buku Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia yang ditulis Binuko Amarseto diterbitkan Istana Media, 2015. Dijelaskan bahwa sejumlah ahli sejarah Eropa pada masa pendudukan Kolonial Hindia Belanda seperti Snouck Hurgronje, JP Moquette, JL Moens, dan J Hulshof Poll yang sudah beberapa kali menyelidiki asal-usul berdirinya Kerajaan Samudera Pasai menyebutkan bahwa Kerajaan Samudera Pasai muncul sekitar pertengahan abad ke-13 Masehi dengan Sultan Malik al-Saleh (kadang ditulis Malik Ul Salih, Malik Al Saleh, Malikussaleh, Malik Al Salih, atau Malik Ul Saleh) sebagai raja pertamanya.
Seorang pencatat asal Portugis, Tome Pires, yang pernah menetap di Malaka pada kurun waktu 1512-1515, menyebutkan bahwa Pasai adalah kota terpenting untuk seluruh Sumatera pada zamannya. Menurut Pires, penduduk Pasai waktu itu kurang lebih berjumlah 20 ribu orang.
Sementara itu, Marco Polo dalam perjalanannya dari Tiongkok ke Persia pada tahun 1267 M yang kemudian singgah ke Pasai pada tahun 1292 M menuliskan bahwa saat itu sudah ada kerajaan Islam di Nusantara yang tidak lain adalah Samudera Pasai.
Waktu itu, Marco Polo ikut dalam rombongan Italia yang mendapatkan undangan dari Kubilai Khan, raja Mongol yang menguasai daerah Tiongkok. Menurut Marco Polo, penduduk Pasai waktu itu belum banyak yang memeluk Islam, namun komunitas orang-orang Arab atau Saraceen sudah cukup banyak dan berperan penting dalam upaya mengislamkan penduduk Aceh. Marco Polo menyebut daerah tersebut sebagai Giava Minor atau Java Minor (Jawa Kecil).