REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif dan ekonom Segara Research Institute Piter Abdullah, menilai aksi boikot produk terafiliasi seharusnya dilihat sebagai pernyataan politik bahwa Indonesia bersama Palestina. Menurut dia, aksi boikot ini bukan langkah ekonomi.
"Karena secara ekonomi dampaknya akan lebih banyak negatifnya ke perekonomian Indonesia sendiri. Boikot tidak akan membuat perekonomian Israel bangkrut. Tapi dengan boikot kita menunjukkan kita berada dimana. Dengan boikot kita mengajak dunia untuk membela Palestina," ujar Piter kepada Republika, Selasa (28/11/2023).
Ia juga menegaskan bahwa boikot tidak akan berdampak besar apabila dilaksanakan dalam jangka pendek satu atau dua pekan. Namun, akan berdampak sangat buruk apabila dilakukan berbulan-bulan.
"Dampak terburuknya adalah gelombang PHK yang berujung kepada terpangkasnya daya beli masyarakat," ujarnya.
Dengan pertimbangan itu langkah boikot produk Israel harus dilakukan secara terukur dan efektif. Karena, bila salah langkah dampak besarnya justru akan dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
"Jangan sembarangan dan tidak berdampak overkill, justru membunuh perekonomian kita sendiri sementara di sisi lain dampaknya ke Israel justru minimal. Kita harus memastikan bahwa produk-produk yang diboikot benar-benar pantas diboikot. Memiliki keterkaitan langsung dgn kejahatan Israel terhadap Palestina," kata Piter.
Kehati-hatian ini harus dilakukan untuk mencegah agar ajakan boikot ini tidak dimanfaatkan oknum untuk kepentingan memenangkan persaingan secara tidak sehat. Oleh sebab itu pemerintah harus hadir menjelaskan produk mana yang diboikot dan mengapa.
"Tidak boleh ada pihak-pihak yang tidak jelas yang mengeluarkan daftar produk yang diboikot. Boikot juga harus bersifat sukarela. Tidak memaksa mereka yang masih mengkonsumsi barang-barang yg diboikot. Karena itu adalah hak Masing-masing," ucap Piter.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, memastikan investasi di Indonesia tetap tumbuh sesuai target di tengah aksi boikot produk terafiliasi Israel. Bahlil juga memastikan belum ada investor asing yang mengeluh terkait sikap Indonesia yang memboikot produk terafiliasi Israel.
"Sampai sekarang belum ada," katanya di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (27/11/2023).
Bahlil juga menyampaikan, sektor penanaman modal asing langsung (foreign direct investment/FDI) sampai sekarang masih tetap tumbuh sesuai dengan target perencanaan 2023. "Sampai hari ini untuk target investasi kita masih on progress, karena target untuk tahun 2023 Rp 1.400 triliun dan insya Allah mudah-mudahan bisa tercapai," kata Bahlil.