Selasa 28 Nov 2023 13:28 WIB

Sebelum Dibebaskan, Tahanan Palestina Dipukuli Habis-habisan

Israel semakin meningkatkan kekerasan kepada para tahanan Palestina.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Warga Palestina yang menjadi sandera Israel melakukan sujud syukur setelah meninggalkan penjara militer Isareli Ofer, di kota Beitonia dekat Ramallah, Tepi Barat, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.
Foto: AP Photo/Nasser Nasser
Warga Palestina yang menjadi sandera Israel melakukan sujud syukur setelah meninggalkan penjara militer Isareli Ofer, di kota Beitonia dekat Ramallah, Tepi Barat, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahanan Palestina yang telah dibebaskan dari penjara-penjara Israel menceritakan perlakuan buruk yang mereka terima selama menjalani masa tahanan. Yasmine Shaaban dari Jenin adalah salah satu tahanan wanita yang dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel selama jeda kemanusiaan.

Shaaban mengatakan, kondisi di dalam penjara sangat sulit. Para tahanan tidak diberi makanan dan minuman. Bahkan mereka dipukuli oleh petugas Israel hampir setiap hari.

Baca Juga

Shaaban mengatakan, selama ditahan dia tidak bisa berkomunikasi dengan keluarganya. Para tahanan digeledah, dipukuli, diasingkan, dan disemprot dengan gas airmata. Sejak Hamas melakukan serangan lintas batas ke Israel selatan pada 7 Oktober, Shaaban memiliki keyakinan bahwa dia dan para tahanan Palestina lainnya akan dibebaskan. Sejak itu pula, petugas Israel semakin meningkatkan kekerasan kepada para tahanan Palestina.

"Sejak hari pertama perang, kami tahu kami akan dibebaskan. Mereka (Israel) menindas kami, memukuli kami, mengucilkan kami, namun kami tahu kami akan pulang," ujar Shaaban, dikutip Resistance News Network.

Sementara itu, seorang remaja Palestina, Yazan Bani Jaber menceritakan penderitaannya selama menekam dalam penjara Israel sebelum dibebaskan. Yazan mengatakan, dia diinterogasi terlebih dahulu sebelum dibebaskan.

"Mereka memberi tahu kami bahwa kami akan dipindahkan, bukan dibebaskan. Administrasi penjara menangani kami dengan cara yang penuh dendam,"ujar Yazan.

Yazan menghargai upaya Hamas dan sayap militernya, Brigade al-Qassam yang berupaya untuk membebaskan tahanan Palestina. Dia mengatakan, darah para syuhada pejuang Palestina sangat berarti bagi para tahanan.

Tahanan perempuan Palestina lainnya yang dibebaskan yaitu Itaf Jeradat mengatakan, situasi di penjara Israel sangat buruk. Petugas penjara Israel menempatkan Jeradat ke dalam ruang isolasi selama tiga hari dan menjadi sasaran pemukulan.

"Saya menjadi sasaran pemukulan meskipun saya memiliki kondisi medis, diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung," ujar Jeradat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement