REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Superstar lapangan hijau Cristiano Ronaldo punya kalimat menarik bahwasanya 'rekor ada untuk dipatahkan'. Dalih Ronaldo memang bukan jadi pedoman bagi pembalap tim Lenovo Ducati, Francesco Bagnaia, ketika menjuarai MotoGP 2023. Namun, kiasan dari pemilik lima Ballon d'Or itu menguatkan fakta jika dalam dunia olahraga rekor tercipta untuk ditumbangkan, pun digantikan.
Dalam dunia olahraga prestasi memang mengenal dua simbol kemenangan, hakikatnya yakni sebuah medali serta gelar dan rekor bersejarah. Medali merupakan markah keunggulan puncak yang kekal.
Sebaliknya, rekor diartikan sebagai lambang keutaman yang fana. Ia bisa saja berganti pemilik meski tak dapat diprediksi kapan akan terjadi.
Representatif itu yang kini sedang dialami rider ternama asal Italia, Francesco Bagnaia. Kepastiannya mengangkat gelar juara dunia MotoGP 2023 menjadikanya sebagai pembalap pertama dengan nomor balap 1 yang sukses meraih gelar juara secara beruntun di era MotoGP modern.
Ini merupakan gelar juara dunia MotoGP kedua untuk rider yang akrab disapa Pecco. Sebelumnya, Bagnaia memenangkan gelar tersebut pada musim 2022, membuat catatannya semakin terpandang di ajang balap roda dua paling bergengsi di dunia.
Selain menyamai ukiran dan rekor pembalap legenda asal Australia, Mick Doohan pada 1998. Pecco sekaligus menghancurkan tudingan pun sinisme pecinta MotoGP tentang nomor keramat 1 di ajang balap ini.
Tanpa mengurangi rasa hormat, rider-rider lain seperti Casey Stoner pada 2008, Nicky Hayden 2007, dan Jorge Lorenzo 2011 tidak pernah mencicipi gelar juara dunia saat mengenakan nomor keramat tersebut. Bahkan, Valentino Rossi serta Marc Marquez enggan mengonversi nomor 46 dan 93 ke nomor 1.
Hanya sang maestro Mick Doohan yang mampu menaklukkan nomor identik sehingga nomor 1 begitu identik dengan pemilik lima gelar juara dunia MotoGP.
Doohan berhasil menjadi juara dalam lima tahun beruntun dari tahun 1994 hingga 1998 pada ajang GP500. Rekor itu pun baru mulai bisa dipecahkan kembali oleh Pecco tahun ini, 25 tahun kemudian.
"Saya putuskan untuk menggunakan nomor (1) dan 63 masih terdapat di helm saya," kata Bagnaia beberapa waktu lalu.
Pembalap berusia 25 tahun mengaku selalu dibuat kagum dengan sosok rider yang berani dan memilih menggunakan nomor 1 pada MotoGP Modern atau 4-tak.
"Menghormati fakta Anda adalah Juara Dunia adalah benar. Nomor 1 mewakili siapa Anda, itu identitas Anda sebagai Juara Dunia. Jadi, penting untuk memberikan penghormatan kepada para Juara Dunia lainnya," sambung Pecco Bagnaia.
Keistimewaan Bagnaia jika dibandingkan the Doctor dan Baby Alien ketika menjuarai gelar MotoGP secara back-to-back yakni ia mampu mengenakan nomor keramat 1. Pun, melegitimasikan dirinya sebagai rider Ducati pertama yang menjadi juara dunia secara beruntun.
Konklusi dari keberhasilan Bagnaia bahwasanya yang fana dalam dunia olahraga adalah catatan rekor dan bukan nama sang pembalap.
Bagnaia akan terus diingat oleh fan MotoGP setelah mematahkan kutukan nomor 1 selama 25 tahun dengan menyamai Mick Doohan yang tidak bisa dicapai oleh Marquez bahkan Valentino Rossi.