Selasa 28 Nov 2023 15:57 WIB

Sepuluh Perintah Allah yang Dilanggar Bani Israil

Bani Israil kerap mengabaikan perintah Allah.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Keturunan Bani Israil tidak menerima perlakuan baik dari Mesir.
Foto: Keyway.ca
Keturunan Bani Israil tidak menerima perlakuan baik dari Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dikisahkan bahwa Rabb 'Azza wa Jalla berbicara dengan Nabi Musa Alaihissalam, kemudian Allah SAW memerintahkan sepuluh kalimat kepada Nabi Musa.

Menurut versi ahli kitab, Bani Israil mendengar kalam Allah, hanya saja mereka tidak paham hingga diberitahu Nabi Musa. Mereka berkata kepada Nabi Musa, "Sampaikan kepada kami (wahyu) dari Rabb Azza wa Jalla, karena kami takut mati."

Baca Juga

Dilansir dari kitab Qashashul Anbiya yang ditulis Imaduddin Abu Fida' Isma'il bin Katsir Al-Guraisyi Ad-Dimasyqi atau Ibnu Katsir, Nabi Musa kemudian menyampaikan (wahyu) dari Allah SWT kepada kaumnya. Nabi Musa menyampaikan sepuluh instruksi berikut ini.

1. Perintah untuk beribadah hanya kepada Allah.

2. Larangan menyekutukan Allah.

3. Larangan bersumpah palsu atas nama Allah.

4 Perintah untuk menjaga hari Sabtu, yang artinya satu hari dalam sepekan harus dijadikan untuk beribadah secara penuh. Satu hari yang dimaksud adalah hari Jumat (bagi kita kaum Muslimin) sebagai pengganti hari Sabtu (bagi Bani Israil).

5. Hormatilah kedua orangtuamu agar usiamu panjang di bumi.

6. Jangan membunuh anak yang Allah karuniakan kepadamu.

7. Jangan berbuat zina.

8. Jangan mencuri.

9. Jangan bersaksi dengan kesaksian palsu kepada kawanmu. 

10. Jangan menginginkan rumah orang lain, jangan berhasrat kepada istri orang lain, budak lelaki dan budak wanita orang lain, tidak juga lembu, keledai, atau apapun milik orang lain. Maknanya adalah larangan bersikap dengki. 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement