REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin memastikan nyamuk Wolbachia aman. Nyamuk ini tengah diuji coba di Kota Bandung untuk memberantas demam berdarah dengue (DBD).
Bey mengatakan dengan menggunakan bakteri Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti dapat mencegah timbulnya virus penyebab DBD. Diharapkan kasus DBD seiring dengan adanya musim hujan dapat ditekan sekaligus meminimalkan korban jiwa yang timbul.
"Itu kan menghambat perkembangan nyamuk DBD dan sudah melakukan uji yang teruji. Baik untuk kita ke depan, mengurangi pengembangan dari nyamuk yang membawa penyakit DBD," ujar Bey di GOR Saparua Bandung, Senin (27/11/2023).
Bey mengatakan pemerintah provinsi juga mendorong agar puskesmas di seluruh kabupaten dan kota untuk dapat melakukan sosialisasi terkait manfaat nyamuk wolbachia, agar tidak menimbulkan keraguan dan kekhawatiran di tengah masyarakat.
Pemprov Jabar berencana bakal mengembangkan nyamuk Wolbachia di 26 kota dan kabupaten lainnya untuk memberantas DBD di Jawa Barat. "Dari puskesmas diberitahukan. Jadi kalau ini aman, bukan sesuatu yang membahayakan. Mengamankan kita ke depan. Tujuannya baik," tuturnya.
Wolbachia merupakan bakteri yang bisa tumbuh di tubuh serangga kecuali nyamuk Aedes aegypti. Melalui serangkaian percobaan, peneliti dunia berhasil memasukkan bakteri Wolbachia yang mampu mencegah replikasi virus dengue ke dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti.
Sehingga apabila nyamuk Aedes aegypti menghisap darah manusia mengandung virus dengue, maka dia akan resisten dan tidak akan menyebarkan ke dalam tubuh manusia yang lain.
Bakteri Wolbachia bisa ditransfer melalui telur dan aman untuk manusia. Apabila nyamuk betina ber-Wolbachia kawin dengan jantan tak ber-wolbachia, seluruh telurnya akan ber-Wolbachia.
Jika nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan betina tak ber-Wolbachia, maka telurnya tak akan menetas. Jika jantan dan betina ber-Wolbachia kawin, maka keturunannya otomatis akan ber-Wolbachia.
Namun, epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengingatkan Kementerian Kesehatan berhati-hati dengan penggunaan metode Wolbachia untuk mencegah DBD karena berpotensi membentuk mutasi baru.
Dinkes Jabar sendiri mencatat dari Januari-Juni 2023 ada 7.512 kasus DBD di Jabar, 49 di antaranya meninggal dunia. Kota Bandung penyumbang kasus DBD terbanyak di Jabar dengan 1.021 kasus, sedangkan yang paling sedikit Kota Banjar 20 kasus.